Breaking News

Resep Bahagia

Spread the love

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Aktivis Dakwah dan Penulis Buku)

 

MuslimahTimes.com-Sering kita mendapati orang-orang yang berputus asa dalam hidupnya. Mereka menganggap memiliki nasib paling sial di dunia. Mereka merasa tidak bahagia.

Mereka pun tenggelam dalam dunia nan kelam. Menceburkan diri ke dalam hingar-bingar kebebasan, sampai lupa jati dirinya sebagai seorang muslim, demi mencari bahagia. Namun, hampir semuanya gagal menemukan bahagia yang hakiki, melainkan hanya kebahagiaan semu semata. Hati mereka tetap meratap dan hampa.

Makna Bahagia

Menelusuri makna bahagia tentu kita tak akan menemukan maknanya yang hakiki tatkala kita masih berada dalam kerangka pemikiran kapitalisme. Ya, karena kapitalisme memaknai bahagia sebagai sesuatu yang sifatnya materi semata. Dalam perspektif kapitalisme, bahagia adalah memiliki harta berlimpah, kehidupan yang mapan, rumah yang mewah, kendaraan yang bagus, dan jabatan yang tinggi.

Sementara dalam Islam, kebahagiaan tak tersandera oleh sesuatu yang hanya bersifat materi, namun lebih esensial dari itu. Bahagia adalah tatkala hati kita tentram dan damai dalam menjalani hidup, dan itu hanya akan terwujud tatkala hidup kita dinaungi berkah dan rida Sang Maha Pencipta.

Maka, salah satu resep bahagia bagi seorang muslim adalah bersyukur. Ya, bersyukur dalam setiap keadaan, baik maupun buruk. Sebab sejatinya hal tersebut merupakan implementasi atas keimanan terhadap qodho (ketetapan) Allah. Oleh karena itu, dalam diri seorang muslim senantiasa terpatri bahwa apa pun yang menimpanya adalah baik baginya, sehingga tak akan larut dalam kecewa apalagi hingga menggugat takdir-Nya.

Misalnya, ketika diberikan jodoh yang ternyata tak sesuai espektasinya di masa ta’aruf, dia tetap bersyukur. Lantas berpikir bahwa Allah tengah mendewasakannya dan menguji kesabarannya. Ketika diuji dengan sulitnya memiliki keturunan, ia pun tetap bersyukur. Lantas berpikir bahwa Allah sedang memberikannya waktu luang untuk sebanyak-banyaknya melakukannya aktivitas dakwah dan ibadah. Ketika diberikan anak-anak yang sulit diatur, ia tetap bersyukur dan berpikir bahwa anak-anak itu adalah karunia terindah dari-Nya. Segala tingkah polah mereka merupakan bagian dari fase tumbuh kembang mereka, maka ia akan berupaya menikmatinya karena suatu hari nanti ia pasti merindukan masa-masa itu.

Ketika diuji dengan masalah keuangan yang tak mencukupi hidupnya, ia akan tetap bersyukur lantas berpikir mungkin Allah sedang membentuknya menjadi pribadi yang qona’ah dan Allah ingin mendengarkan terus doa-doa dan munajatnya. Karena bisa jadi, kelapangan rizki membuatnya lalai dari mengingat Allah.

Ketika diuji dengan kehilangan orang yang dicintai untuk selama-lamanya, ia tetap bersyukur. Lantas berpikir bahwa Allah sedang menguji sampai di batas mana keimanannya atas qodho-Nya. Apakah ia mampu menguatkan dirinya sendiri dan meyakini bahwa maut merupakan bagian dari skenario kehidupan manusia. Dan ketika diuji dengan sulitnya mendapatkan pasangan hidup, ia tetap bersyukur dan berpikir mungkin Allah sedang menyiapkan sosok terbaik yang akan menemani sisa usianya dalam ketaatan dan perjuangan menegakkan kalimat-Nya di waktu yang tepat.

Ketika kita senantiasa bersyukur, maka yakinlah kita akan bahagia. Tak ada kesukaran yang membekap benak. Semuanya terasa indah dalam pandangan. Dada pun terasa lapang dan tentram. Akhirnya, hidup hanya dipenuhi dengan senyuman, tatkala kesedihan menyapa, senyum akan kembali terlukis di wajah. Hatinya penuh syukur dan rida terhadap apapun yang menjadi ketetapan Allah atas hidupnya. Masyallah….

Rasulullah Saw bersabda:
“… dan ridalah dengan apa yang diberikan Allah untukmu, maka kamu menjadi orang yang paling kaya…” (HR. Imam Baihaqi)