Breaking News

Teruntuk Generasi Muda: Banggalah Saat Mandiri dalam Ketaatan

Spread the love

Oleh. Yulida Hasanah

(Pembina Komunitas Remaja Muslimah Brebes)

Muslimahtimes.com–Saat ini tidak ada cerita generasi muda yang lebih keren daripada cerita publik figur yang usianya masih muda tapi sudah bisa mandiri cari cuan. Entah dia adalah seorang konten kreator, artis, komedian, penyanyi, ataupun selebgram dan tiktoker. Seakan mandiri secara ekonomi adalah gambaran kebanggaan tertinggi yang memang dicari.

Bukan tidak peka dengan keadaan, tapi kebanggaan karena mandiri secara ekonomi itu sebenarnya bukanlah ukuran generasi yang Islam dambakan. Sebab, seseorang tidak akan masuk surga karena banyaknya harta atau karena keahliannya dalam mengejar dunia. Namun, Allah Swt sebagai pencipta dan pengatur kehidupan manusia telah menetapkan jalan bahagia itu saat kita bisa menjadi manusia sesuai standar yang Allah Swt suka, yakni takwa.

Generasi Salah Asuh, Ketakwaan Jadi Runtuh

Memang sangat disayangkan, faktanya mayoritas generasi muda dan orang tua juga memiliki cara pandang yang sama terkait kebanggaan, yakni tercapainya kemandirian ekonomi bagi generasinya sebagai kebanggaan pertama. Sedangkan urusan iman dan ketaatan pada agama menjadi urutan ke sekian. Yang penting urutan number one adalah cuan.

Jelas tak bisa dilepaskan antara pandangan kebanggaan yang bersifat duniawi ini dengan cara pandang sekularisme kapitalisme yang sekarang diadopsi umat. Sekuler kapitalis telah mengubah cara pandang seorang muslim, yang harusnya fokus ke mencari bekal untuk kehidupan yang abadi justru teralih pada mengumpulkan bekal kehidupan yang fana ini. Bekal yang tak bisa dibawa sampai mati, apalagi mampu menjadi penyelamat kita dari azab Allah Swt di akhirat nanti.

Mengapa demikian? Karena jika pandangan hidup muslim telah teralihkan hanya melulu urusan dunia. Bisa dipastikan yang ada dalam pikirannya adalah orientasi dunia yang ingin dia capai. Salah satunya adalah bagaimana bisa mandiri menghasilkan cuan. Dengan menyematkan diri sebagai generasi mandiri, nggak cengeng, nggak lemah, dan mampu membelikan orang tua sesuatu dari harta yang mereka miliki.

Mengapa cara pandang duniawi ini bisa membenak pada generasi muda? Jawabannya karena mereka sejak lahir sudah hidup dalam atmosfer sekularisme kapitalisme yang standar hidupnya adalah manfaat materi. Maka, secara tak langsung generasi muda dan para orang tua mereka terlupa bahwa hanya ada 3 hal yang tidak akan terputus pahalanya. Yakni ilmu yang bermanfaat, doa anak saleh/salehah, dan sedekah jariah.

Sekularisme kapitalisme juga menjauhkan generasi muda kita dari kesibukan berfaedah. Karena diberikan gambaran bahwa generasi muda yang bahagia dan mampu membanggakan orang tua dan keluarga adalah saat kesibukan mereka mendatangkan cuan yang tak kasat mata.

Boleh saja kita berbangga atas capaian dunia yang kita cita-citakan, misal lulus kuliah dengan IPK 4. Namun, jangan sampai terjebak dengan gelar mahasiswa terbaik karena sukses mencapai IPK terbaik, tetapi tidak memberikan dedikasinya untuk menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan generasi umat dengan Islam. Boleh saja kita bangga dengan status kita sebagai publik figur, tapi jangan terjebak oleh posisi sesaat karena tak memanfaatkannya untuk menyebarluaskan ajaran Islam kaffah sebagai solusi kehidupan hari ini. ingatlah bahwa Allah SWT telah berfirman dalam surat Al Hadid ayat 20 yang artinya, ”Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”

Jadi, posisi kita sebagai remaja dengan berbagai latar belakang pendidikan, ekonomi, status sosial bukanlah sesuatu yang harus dibanggakan saat kita belum bisa mandiri dalam ketaatan pada Allah Swt. Karena, apalah artinya mandiri secara ekonomi, namun untuk melaksanakan kewajiban salat atau mengkaji Islam(agamanya sendiri) saja harus dipaksa dan selalu diingatkan. Maka, saatnya miliki sikap mandiri dalam ketaatan pada Allah Swt. Dan ketaatan akan menjadi perhiasan hidup kita jika keimanan telah terhujam kuat dalam dada. Sebagaimana para generasi muda terdahulu, didikan baginda Rasulullah Muhammad Saw. Mereka bangga saat mampu berislam secara kaffah dan menjadi bagian dari barisan pengikut Nabi Saw. Wallahua’lam