Oleh. Anisah Hanif
(Seorang Tenaga Pendidik dan Pemerhati Ummat)
#MuslimahTimes — Dunia sedang berduka. Kepongahan orang-orang yang tinggal di dalamnya mempertontonkan kebengisannya. Harta, kehormatan, dan nyawa seolah-olah mainan yang siap ditendang, diinjak-injak, dibuang, dan dimusnahkan. Manusia merdeka layaknya budak-budak yang tidak punya hak hidup. Kemanapun dan dimanapun diawasi bak narapidana kelas kakap. Perempuan-perempuan suci bak ‘pelacur’ yang siap dinikmati kapan saja. Anak-anak kecil nan lucu dan polos bak kelinci percobaan teknologi cuci otak ala komunis. Kesedihan, jeritan, dan tangisan dihadapi sendiri bak hidup dalam sudut bumi yang terisolir. Itulah sekelumit derita tragis Muslim Uighur di Xinjiang Cina yang menjadi korban kebrutalan teroris Cina.
Derita ini telah berlangsung lama, tetapi dunia diam. Negara-negara muslim pun seolah-olah tak punya nyali untuk membantu. Bukankah mereka saudara seaqidah. Dan bukankah Allah dan RosulNYa telah menitahkan amanat mulia.
“…jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Anfal: 72)
“Tolonglah saudaramu dalam kondisi dzalim maupun didzalimi” (HR. Bukhari no:2263)
Tidakkah itu cukup untuk membangkitkan ghiroh umat terbaik ini bergerak? Bergerak dengan segala potensi yang dimiliki untuk membantu saudaranya. Terutama para penguasa negara-negara muslim. Kalian adalah orang-orang yang Allah beri kekuasaan dan kewenangan. Kalian yang berwenang menggerakkan para tentara . Kalian yang berwenang mendepak Keudubes Cina. Kalian yang berwenang memblokir hubungan diplomatik dengan Cina. Wahai penguasa-penguasa negara-negara muslim kalian mempunyai tanggungjawab lebih besar untuk membebaskan muslim Uigur.
Apa yang Kalian takutkan?
Membutuhkan keberanian, kesiapan mental, materi, dan ruhiyah bagi sebuah negara yang berinisiatif menolong Uighur. Karena Uighur adalah kaum muslim yang tertindas dan teraniaya. Keteraniayaannya diamini oleh negara-negara besar bermental penjajah. Sehingga tidak semua penguasa-penguasa negara muslim berani bersikap dan bertindak nyata. Ada beberapa kemungkinan yang harus siap dihadapi jika penguasa-penguasa tersebut benar-benar mengambil peran sebagai ksatria, penolong muslim yang teraniaya.
Pertama adalah ancaman embargo. Apakah ini yang kalian takutkan ? Tanah-tanah kaum muslimin Allah berkahi dengan sejuta SDA yang melimpah ruah. SDA energi yang dikonsumsi dunia adalah hasil eksploitasi di negara-negara muslim. Jumlah tangan-tangan terampil kaum muslimin juga melimpah. Tidakkah kekayaan sesungguhnya dari kaum muslimin adalah kekayaan intelektual yang bersumber dari ideologi Islam? Kekayaan inilah yang akan terus menginspirasi tangan-tangan terampil umat untuk membangun kemandirian negara tanpa tergantung dengan negara lain. Tidakkah potensi keihlasan umat, menjadi kekuatan menginfaqkan harta, tenaga, dan pikirannya untuk keberlangsungan negara? Tidakkah pernah terbesit kondisi diembargo ini menjadi kondisi meng-embargo negara-nagara kafir penjajah. Meng-embargo segala kebutuhan bahan mentah yang menjadi sumber industri mereka. Tidakkah janji dan kekuasaan Allah itu menjadi sebuah kekuatan besar untuk bersabar dan memperjuangkan kemandirian negara dari ketergantungan dengan negara lain?
“Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan.” (TQS.an-Najm:48)
Kedua adalah ketakutan akan sanksi dari PBB. Sudah terlihat dengan kasat mata, PBB tidak menjadi pengayom dunia. PBB hanya kedok negara-negara kapitalis untuk membenarkan setiap tingkah mereka. PBB selalu tak bertaji jika kaum muslimin yang menjadi korban. Masihkah percaya kepada keberpihakannya pada kaum muslim? Wahai para penguasa negara-negara muslim, tidakkah kalian lebih percaya kepada saudara seaqidah kalian daripada PBB? Tidakkah kalian tergerak bersatu untuk saling membantu kaum muslim yang teraniaya?
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (TQS. An Nisa: 144)
Sanksi apapun yang akan diberikan PBB tidak akan menciutkan nyali. Kaum muslimin adalah khoiru ummah. Umat yang mempunyai optimism tinggi untuk tidak hidup di bawah kendali orang-orang kafir. Optimisme yang bersandarkan keimanan kepada Allah dalam menghadapi berbagai tantangan yang akan muncul nanti. Tidakkah hal itu potensi untuk tidak menjadi begundal PBB? Lalu apa yang Kalian takutkan wahai para penguasa negara-negara muslim?
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (TQS Yusuf [12] : 87)
Ketiga adalah ancaman infasi negara-negara kafir penjajah. Seluruh yang ada di alam semesta ini ada dalam genggaman Allah. Semuanya tunduk pada perintah Allah. Tidakkah perang Ahzab memberikan pelajaran berharga? Gabungan pasukan musuh yang mengepung Madinah Allah porak porandakan perkemahannya dengan angin topan. Allah tiupkan ketakutan di dada-dada mereka sehingga kekuatan mereka tercerai-berai. Tidakkah perang Badar, Mu’tah juga memberikan sebuah pelajaran ? Bahwa kekuatan materi, pasukan tidak selalu berbanding lurus dengan kemenangan. Kaum muslimin telah membuktikannya.
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (TQS Al-Baqarah: 249).
Jiwa-jiwa mujahid Hamzah bin Abu Thalib, Khalid bin Walid, Sa’ad bin Abi Waqash, Sholahudin Al-Ayubi, dan Saifuddin Quthuz mengalir deras dalam dada-dada kaum muslimin. Tidakkah ruh jihad itu hanya dimiliki oleh kaum muslimin. Tidakkah itu semua yang ditakutkan oleh orang-orang kafir? Bahwa kematian adalah akhir dari segala kenikmatan dunia. Sedangkan bagi kaum muslimin , kematian hanyalah pintu menuju kenikmatan hakiki. Kemikmatan untuk menapaki kehidupan surgawi. Tidakkah kaum muslimin selalu termotifasi untuk berlomba-lomba mengorbankan jiwa, harta, bahkan nyawa di jalan Allah ?
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (TQS al-Baqarah [2] : 207).
Tidakkah janji Allah untuk memberikan pertolongan-NYa tidak kalian yakini ?
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal.” (TQS. Ali ‘Imran [03]: 160)
“…Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang beriman.” (TQS. An-NIsa [04]: 141)
Lalu apa yang Kalian takutkan, wahai penguasa-penguasa negara-negara muslim?
Penguasa untuk Uighur
Konsep nation state dengan sekularisme sebagai asasnya hannya akan menghasilkan penguasa-penguasa bebal dan pengidap wahn. Konsep negara yang shahih secara yuridis dan empiris-lah yang akan melahirkan penguasa-penguasa kesatria. Penguasa yang hanya takut pada Penguasa Alam Semesta. Penguasa yang berhati lembut yang tak kan sanggup melihat saudara seaqidahnya menjerit meminta tolong. Penguasa yang menjadi junnah sejati. Pembela harta, kehormatan, jiwa, dan nyawa kaum muslimin. Meraka adalah para penguasa yang akan lahir dari terbitnya fajar Khilafah ‘ala Minhajjin Nubuwah.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS ‘Ali Imraan [3] : 139)