Breaking News

Umat Islam Harus Paham Solusi Hakiki Konflik Palestina-Israel

Spread the love

Oleh. Yuni Ummu Zeefde
(Ibu rumah tangga)

Muslimahtimes.com–Operasi badai Al-aqsa yang dilancarkan sayap militer Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu menyita perhatian publik internasional. Pasalnya, Hamas mengirim ribuan rudal dan berhasil menembus penangkal rudal (Iron Dome) Israel yang canggih itu. Bersamaan dengan itu Muhammad ad-Dhaif, Panglima Tinggi Al-qassam menyerukan jihad kepada seluruh umat muslim dunia, hingga menyebut Kota Jakarta yang sejatinya Ibu Kota Negara Indonesia (republika.co.id, 15/10/2023).

Presiden Joko Widodo memberi tanggapan terkait situasi tersebut dengan mendesak agar konflik segera dihentikan dan meminta akar permasalahan segera diselesaikan sesuai ketentuan yang telah disepakati PBB. Tanggapan itu tak cukup berarti untuk menghentikan ‘perang’ Palestina-Israel. Nyatanya, sehari setelah Hamas menyerang, Israel kemudian membalas serangan yang terus-menerus menggempur Gaza secara membabi buta. Ditambah lagi dukungan AS yang mengirimkan bantuan senjata dan tentara kepada Israel. Tak ayal lagi korban semakin banyak berjatuhan, hingga saat ini sudah mencapai 5200 lebih dari kedua belah pihak. (cnbcindonesia.com,20/10/2023)

Hal ini memantik respons masyarakat pendukung Palestina untuk melakukan aksi demo meminta AS berhenti mendukung Israel. Massa juga meminta perang segera dihentikan dan mengecam Israel. Berbagai ormas antara lain FPI, GNPF-U, dan juga Alumni 212 melakukan protes tersebut di depan Kedubes AS. Bahkan sampai ada aksi pembakaran bendera AS dan juga Israel. Setelah sehari sebelumnya massa KSPI juga melakukan protes serupa. (voaindonesia.com,11/10/2023)

Tak hanya itu konflik makin meluas dan melibatkan beberapa negara lain Libanon dan juga Iran dan juga negeri-negeri arab terdekat. Ini akan menjadi sejarah paling mengerikan bagi palestina. Apalagi seolah balas dendam, Israel terus menyerang tanpa ampun untuk menghancurkan Hamas. Meskipun tujuannya adalah Hamas namun nyatanya banyak warga sipil yang menjadi korban, tak hanya umat muslim bahkan umat Kristen juga terkena sasaran.

Menguak Akar Masalah Konflik Palestina-Israel

Apa yang terjadi di Bumi al-Quds tidak lepas dari awal sejarah mulanya konflik terjadi. Bahkan masyarakat luas juga belum begitu paham sesungguhnya penyebabnya. Akhirnya mereka menjadi beberapa kubu dalam menyikapi konflik Palestina-Israel. Ada yang mendukung Palestina ada juga yang mendukung Israel namun ada juga yang tak peduli sama sekali.

Sebagai umat muslim harus tahu benar mengapa harus mendukung Palestina. Umat muslim mendapat amanah untuk menjaga tanah Palestina. Karena Palestina adalah tanah wakaf, tanah kharajiyah. Hal itu terjadi saat pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab r.a lewat perjanjian Umariyah atau Perjanjian Illiya. Ketika itu penduduk palestina adalah Nasrani yang dengan sukarela menyerahkan tanahnya kepada Umat Muslim. Dalam perjanjian itu ada kesepakatan untuk hidup berdampingan antara Umat Muslim dan Umat Nasrani serta melindungi kaum Nasrani dari ancaman Yahudi dengan tidak membiarkan Yahudi tinggal di Palestina.

Akan tetapi bangsa Yahudi takkan tinggal diam. Api dendam membara di dadanya menyulut kebencian kepada Umat Islam. Mereka berupaya merebut kembali wilayah Palestina demi membangkitkan “Haikal Sulaiman” sebagai lambang kejayaan kerajaan Yahudi. Seorang tokoh Yahudi Internasional, Theodore Herzl berkali-kali meminta Khalifah Abdul Hamid II untuk memberikan tanah Palestina kepada Yahudi dengan menjanjikan harta, dan bantuan keuangan yang banyak. Namun Khalifah selalu menolak dengan tegas permintaan tersebut. Hal itu membuat kaum Zionis Yahudi memulai cara lain yakni menjerat Inggris dengan hutang pasca Perang Dunia I.

Keterlibatan kekhalifahan Turki Ustmani dalam perang Dunia I (1914 – 1918) berhasil memecah belah wilayah daulah kala itu. Turki Ustmani yang bersekutu dengan Jerman harus menimpa kekalahan membuat kekuasaannya dilimpahkan pada Inggris dan Perancis. Lewat perjanjian Sykes-Picot, Arab dibagi menjadi beberapa wilayah. Yang akhirnya Irak dan Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris.

Inggris membutuhkan biaya besar untuk menstabilkan perekonomian setelah perang Dunia I. Hingga tak menolak permintaan Zionis Yahudi untuk memberikan tanah Palestina. Apalagi setelah terjerat pinjaman utang pada bankir Yahudi yakni Rothschild. Lewat Deklarasi Balfour 1917 Inggris kemudian menyatakan dukungannya untuk membuat ‘tanah air’ bagi Yahudi dan memudahkan segala urusannya. Melalui dukungan dari Inggris, AS dan PBB inilah Zionis Israel berhasil memproklamirkan pendirian negara Israel atas Palestina pada 14 Mei 1948.

Sejak saat itu Palestina tak henti-hentinya menerima penindasan, pengusiran dan kekerasan dari Zionis Israel. Karena Israel sejatinya adalah penjajah bagi tanah Palestina. Rakyat Palestina hanya berusaha mempertahankan tanah mereka. Akan tetapi media dan dunia menutup mata. Jika Israel yang melakukan agresi dibela setengah mati. Dan selalu dinarasikan bahwa Israel hanya mempertahankan negara atau menjamin keamanan warganya dari serangan Hamas.Tapi jika Palestina melawan mereka tak peduli. Dan mengganggap hanya persoalan internal negara. Yang artinya negara lain tidak boleh ikut campur terlalu dalam. Padahal Ini bukan masalah kemanusian saja tetapi juga agama dan politik. Konflik tidak akan berhenti hanya dengan memberi bantuan obat-obatan, atau dengan mengirim bantuan makanan apalagi hanya sekadar mengutuk tindakan kekerasan.

Ketidakmampuan organisasi besar menyelesaikan konflik yang terjadi di Palestina, mengurangi kepercayaan publik atas kinerjanya. PBB hanya mendukung sepihak membenarkan segala tindakan Israel pada Palestina. Nyatanya, solusi yang diberikan pada resolusi PBB saat Perjanjian Oslo 1993, dengan membagi wilayah Palestina menjadi 2 bagian adalah sama saja dengan mengakui keberadaan Israel menjadi sebuah negara. Ini tentu mencederai perjanjian Illiya bahwa tanah Palestina milik kaum muslim.

Organisasi lainnya seperti OKI juga tak bisa berbuat apa-apa selain hanya mengecam dan melindungi Negara sendiri. Dan hanya menolong warga sipilnya yang berada di wilayah konflik untuk bisa keluar. Bahkan untuk mengirim bantuan tentara ataupun senjata tak pernah terucap. Inilah yang terjadi ketika negeri-negeri muslim bersikap nasionalis. Ada batas teritorial yang tak bisa diterjang.

Umat Islam Jangan Abaikan Solusi Hakiki

Islam sangat membenci kolonialisme. Apa yang terjadi dengan Palestina adalah kolonialisme (penjajahan) yang tak akan hilang kecuali dengan menghapuskannya. Untuk menghentikan itu semua tentu butuh tindakan yang nyata yang lebih berani. Perlu persatuan negara-negara muslim untuk menghentikan kebiadaban Israel. Umat Islam banyak tapi tak mampu berbuat apa-apa karena terpecah belah. Maka perlu persatuan dalam naungan khilafah.

Untuk saat ini tentu bantuan kemanusiaan tetap tak terputus, tapi harus ada pergerakan pembelaan yang ekstra. Ini menjadi tanggung jawab seluruh umat muslim di mana pun berada. Sebagaimana kita tahu Palestina adalah tempat berdirinya masjid al-Aqsa, masjid yang diberkahi. Kiblat pertama umat muslim juga tempat singgah Nabi menjalankan Isra Mi’raj. Palestina juga merupakan tanah wakaf bagi umat Islam. Jadi sudah selayaknya diperjuangkan untuk dibebaskan dari penjajahan. Maka apa yang dilakukan Hamas itu hanya bagian dari hadis yang nabi sampaikan:

“Akan ada segolongan dari umatku yang menampakkan kebenaran terhadap musuh mereka. Mereka mengalahkannya, dan tidak ada yang membahayakan mereka orang-orang yang menentangnya, hingga datang urusan Allah sedang mereka tetap dalam keadaan demikian”. Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, di manakah mereka?”. Beliau bersabda, “Di Bait Al-Maqdis dan di sisi-sisi Bait Al-Maqdis”. (HR Ahmad dari Abi Umamah)

Dan sudah semestinya pula umat Islam segera bersatu untuk merebut kembali masjid Al-Aqsa. Berjuang sungguh-sungguh untuk menegakkan kembali Daulah Khilafah yang runtuh. Agar dapat mewujudkan Islam yang Rahmatan lil Alamin. Karena hanya Khilafah yang bisa melakukan itu. Dengan persatuan dalam khilafahlah Umat Islam menjadi kuat sehingga dapat saling melindungi.

Mak,  harusnya para pemimpin negara muslim membuka mata serta hatinya untuk berani memilih solusi ini. Karena tidak hanya Palestina saja yang terbebaskan dari penindasan. Tetapi juga umat Islam lainnya yang berada dalam penindasan di negara-negara yang Islamnya minoritas. Umat Islam akan meraih kejayaannya kembali. Umat Islam akan menjadi umat terbaik seperti yang Rasul harapkan. Saatnya berjuang untuk menempuh solusi jangka panjang bagi umat Islam seluruh dunia. Yakni memperjuangkan Khilafah ala minhajin nubuwah. Wallahu A’lam.