Breaking News

Valentine’s Day: Kasih Sayang Berbalut Maksiat

Spread the love

 

Oleh: Intan Alawiyah
(Member Revowriter)

 

MuslimahTimes—Bulan Februari telah menyapa kita. Di bulan ini ada satu hari dimana para muda-mudi merayakan hari yang mereka sebut sebagai ‘hari kasih sayang’. Yuph, pada tanggal 14 Februari biasa dikenal dengan hari V’day atau Valentine’s Day. Di hari inilah para muda-mudi saling mencurahkan kasih sayangnya kepada lawan jenis, dan tradisi saling bertukar cokelat, bunga, dan lain sebagainya menghiasi perayaan V’day ini. Seakan hari V’day atau Valentine’s Day sudah menjadi tradisi mengakar yang setiap tahunnya selalu diramaikan para muda-mudi.

Sebagai seorang muslim wajib bagi kita mencari tahu segala perkara yang hendak dilakukan. Sebab, seseorang bisa saja terjerumus dalam perbuatan tercela, tetapi menyangka sebagai perbuatan terpuji. Atau malah sebaliknya, ia menjauhkan diri dari perbuatan terpuji, karena menganggap sebagai perbuatan tercela. Jadi, wajib bagi setiap manusia untuk menjadikan hukum syara’ sebagai standar bagi semua perbuatannya. Oleh karena itu, seorang muslim akan selalu mencari tahu terlebih dahulu sebelum ikut-ikutan merayakan atau memeriahkan sebuah perayaan atau tradisi tertentu.

//Sejarah Valentine’s Day//

Banyak kisah atau dongeng yang berseliweran menceritakan asal muasal Valentine’s Day. Namun, jika kita mau menggali lebih teliti untuk mengungkap fakta sejarah dibalik perayaan hari Valentine’s Day ini, maka akan kita dapati bahwa hari valentine berasal dari tradisi masyarakat di zaman Romawi kuno.

Sebelum agama Kristen menyapa mereka, masyarakat Yunani dan Romawi adalah penganut agama pagan yakni menyembah banyak Tuhan atau paganisme. Mereka memiliki perayaan atau pesta yang dilakukan pada pertengahan bulan Februari yang sudah menjadi tradisi budaya mereka, dan gereja menyebut mereka sebagai kaum kafir.

Di zaman Athena kuno. Perayaan ini di sebut dengan GAMELION, yakni masa menikahnya ZEUS dan HERA. Sedangkan di zaman Romawi kuno di sebut hari raya LUPERCALIA sebagai peringatan terhadap Dewa LUPERCUS dewa kesuburan yang digambarkan setengah telanjang dengan kepala dan kaki menyerupai kambing.

Perayaan ini berlangsung dari tanggal 13 hingga 18 Februari, yang berpuncak pada tanggal 15. Dua hari pertama pada tanggal 13-14 Februari dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of feverish love) Juno Februata. Di mana pada saat tradisi ini berlangsung, ada kebiasaan yang mereka lakukan yang di sebut sebagai “Love Lottery” atau lotre pasangan. Para wanita muda memasukkan nama mereka dalam sebuah bejana kemudian para pria mengambil satu nama dari dalam bejana tersebut yang kemudian menjadi kekasihnya selama festival berlangsung. Di hari inilah mereka saling bertukar-tukar pasanagan.

Pada tahun 496 masehi. Paus Gelasius I menetapkan bahwa upacara Roma kuno Lupercilia ini menjadi Saint Valentine’s Day. Di mana hal ini adalah upaya Gelasius menyebarkan agama Kristen melalui budaya setempat. Menggantikan posisi dewa-dewa pagan dan mengambil St Valentine sebagai sosok suci lambang cinta. Ini merupakan bentuk sinkretisme agama, mencampur-adukan budaya pagan dengan agama Kristen. Dan akhirnya diresmikanlah hari Valentine oleh paus Gelasius pada tanggal 14 Februari tahun 498 M.

Sehingga jelaslah bahwa hari Valentine ini menyangkut akidah tertentu. Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It” mengatakan bahwa kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa.” Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “to be my valentine” maka berarti kita telah melakukan perbuatan yang dimurkai Allah, karena telah memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal ini termasuk kategori syirik.

//Stop Untuk Sekadar Ikut-ikutan//

Tentang hal ini, yakni merayakan tradisi tertentu di luar Islam salah satunya perayaan Valentine’s Day. Rasulullah sudah mengabarkannya dari jauh-jauh hari, bagaimana sikap seorang muslim ketika kita tidak mau mencari tahu terlebih dahulu apa maksud dari perayaan tersebut. Rasulullah bersabda, “Kamu akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, dan ketika mereka masuk ke lubang biawak pun kalian akan mengikutinya.” Para sahabat kembali bertanya, “Apakah mereka orang Yahudi dan Orang Nasrani?” Rasul menjawab, “Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR. Bukhari)

Alhasil, sebagai seorang muslim kita tidak diperbolehkan untuk ikut-ikutan memeriahkan tradisi tersebut, meski dengan dalih merayakan hari kasih sayang. Ini adalah bentuk perayaan yang dibungkus kesesatan. Sebab, sebagaimana sejarah GAMELION dan LUPERCALIA pada masyarakat penyembah berhala, yakni sebuah ritual seks. Sehingga Valentine’s Day bukanlah perayaan yang memperingati hari kasih sayang. Melainkan hari yang dimana diperingati sebagai hari seks bebas. Semua ini merupakan upaya pendangkalan akidah generasi muda Islam. Sebagaimana yang pernah dikatakan Samuel Zweimer dalam konferesi gereja di Quds (1935), “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim. Sebagai seorang kristen, tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.”

Oleh sebab itu, sudah saatnya kita mengubah cara pandang kita dalam berperilaku, yakni menjadikan hukum syara’ sebagai tolok ukur perbuatan. Menimbang semua perbuatan dari aspek perintah dan juga larangan-Nya. Membentengi diri dengan akidah yang kokoh, agar tidak mudah tersusupi dengan hal-hal yang dapat menjerumuskan diri pada kemaksiatan.

Dengan demikian, mengetahui hukum syara’ terhadap perbuatan tertentu hukumnya wajib bagi setiap muslim atau muslimah, agar bisa memutuskan sikap terhadap perkara tersebut, apakah boleh mengerjakannya atau meninggalkannya?. Wallahu’alam.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published.