Breaking News

Wabah Tikus, Bukti Para Kapital Semakin Rakus

Spread the love

Oleh Henyk Nur Widaryanti

(Founder Komunitas Menulis Kreatif)

 

Serumpun padi tumbuh di sawah
Hijau menguning daunnya
Tumbuh di sawah penuh berlumpur
Di pangkuan ibu pertiwi

Serumpun jiwa suci
Hidupnya nista abadi
Serumpun padi mengandung janji
Harapan ibu pertiwi
(R. Maladi)

Lagu ciptaan R. Maladi menggambarkan betapa luar biasa peran sawah bagi ibu pertiwi. Dia adalah harapan setiap petani untuk menyambung hidup di kemudian hari. Pun bagi setiap penduduk negeri, karena makanan pokok bangsa ini adalah beras yang berasal dari padi.

Namun, kini lahan persawahan tak lagi seperti dulu. Dilansir dari Koran Radar Caruban, Sabtu 22 Juni 2019 bahwa petani di Caruban kalang kabut. Hal ini disebabkan oleh hama tikus yang menyerang sawah. Serangan tikus ini disebabkan oleh berubah fungsinya lahan pertanian. Banyak lahan yang kini disulap menjadi bangunan rumah. Sehingga ular kehilangan tempat bermukim. Kondisi ketidakseimbangan alam ini telah merusak ekosistem alam. Dan ular sebagai rantai makanan kedua pun akhirnya sedikit.

Lebih parah lagi, kondisi ini menyebabkan permasalahan baru. Pasalnya, banyak petani yang memasang jebakan listrik untuk memusnahkan hama ini. Namun, ternyata keamanan jebakan ini tidak dijamin. Korban berjatuhan akibat tersengat listrik. Sebagaimana terjadi di beberapa daerah, tidak hanya Caruban.

 

//Akar Masalah Munculnya ‘Hama’//

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sebab utama hama ini adalah adanya perubahan fungsi lahan. Banyak lahan disulap menjadi bangunan megah. Bangunan – bangunan ini adalah bukti rakusnya para pengembang kapital. Tanpa memperhatikal AMDAL (Analisis dan Dampak Lingkungan), mereka hanya mengejar keuntungan besar.

Tidak dapat dipungkiri, sadar atau tidak pemikiran kapitalisme telah merasuk di dada mereka. Pemikiran sekedar mencari untung, tanpa mengkaji akibatnya bagi lingkungan.

Kapitalisme adalah pandangan hidup yang mengacu pada materi. Kebahagiaan yang diperoleh berdasar materi. Semakin besar materi yang didapat, maka semakin bahagia. Apapun bisa dilakukan dengan untuk mendapatkan materi sebanyak – banyaknya.

 

//Kapitalisme Bertentangan dengan Islam//

Pemahaman kapitalisme seperti yang telah dijelaskan sebelumnya sangat berbeda dengan Islam. Islam memandang bahwa kebahagiaan tertinggi adalah ridho Allah. Segala aktivitas yang dilakukan disandarkan pada keridhoan Sang Pembuat Kehidupan.

Meskipun demikian, Islam tidak menafikkan keuntungan materi. Manusia diperbolehkan mendapatkan materi (kekayaan) sebesar – besarnya. Namun, syariat adalah landasan untuk mendapatkannya. Bukan dengan cara yang haram.

 

//Islam Mengembalikan Keseimbangan Alam//

Keimanan adalah kunci mengembalikan keseimbangan alam. Islam mengajarkan mencintai alam sebagaimana mencintai diri sendiri. Islam pun menjamin kemakmuran jika penduduk bumi taat pada perintah-Nya.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al Araaf : 96)

Nikmat Islam mana yang didustakan? Apakah janji Allah tidak lebih baik dari perkataan manusia?

Islam mengatur pemanfaatan lahan disesuaikan dengan syariat. Pengaturan lahan pertanian dan pemukiman disesuaikan dengan fungsi lahan tersebut. Jika lahan itu subur maka dipergunakan untuk keperluan pertanian, begitu pula sebaliknya jika tandus bisa dimanfaatkan sebagai lahan pemukiman atau gedung bertingkat. Pembangunan pun akan senantiasa berdasar AMDAL yang ada, tidak akan seenaknya demi keuntungan semata.

 

//Pengelolaan Sawah Butuh Peran Negara//

Sawah atau ladang bisa merupakan milik pribadi atau negara. Pertama, jika sawah milik pribadi, makakewajiban pemilik adalah merawat. Boleh dijual, jika dibeli oleh pengembang maka mereka harus mengajukan AMDAL terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan pemerintah. Kedua, jika sawah tersebut milik negara, maka negara mengelolanya demi kemakmuran rakyat. Hasilnya harus diberikan kepada rakyat. Tidak boleh dijual kepada pengembang, sebagaimana hadis

Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Masalah serangan hama ini butuh solusi tuntas, bukan parsial semata. Secara teknis, pemerintah perlu mengkaji AMDAL sebelum memberikan perizinan IMB, selain itu perlu mengembalikan fungsi lahan dengan menonaktifkan beberapa bangunan yang tak berfungsi. Hal lain seperti menyiapkan pembasmi tikus aman bagi lingkungan pun bisa dilakukan. Sehingga tidak akan menambah korban jiwa. Tidak kalah penting adalah memberikan hukuman yang tegas bagi para pelanggar aturan. Dengan begitu tidak ada oknum yang berani melanggar.

Solusi ini hanya dapat dijalankan jika seluruh manusia mengambil peran masing – masing. Dengan ketaatan tertinggi kepada Allah keseimbangan alam akan ideal. Oleh karena itu kita butuh institusi yang menjalankan solusi dengan amanah. Khilafah, dipastikan satu – satuNya periayah terbaik bagi masalah.

Wallahu a’alam bishowab

Leave a Reply

Your email address will not be published.