Breaking News

Zona Merah Makin Parah Akibat Kebijakan Setengah-Setengah

Spread the love

Oleh. Meitya Rahma

Muslimahtimes– Pandemi belum juga usai, zona merah semakin mewarnai di berbagai daerah. Pulau Jawa pun hampir sebagian besar merah. Melihat up date angka positif Corona yang semakin naik, mendengar info sebagian IGD rumah sakit memberikan alarm bagi pemerintah pusat ataupun daerah. Alarm bahwa ini perlu penanganan yang lebih serius lagi. Dan akhirnya Presiden Joko Widodo telah memberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai 3 Juli sampai 20 Juli untuk wilayah Jawa dan Bali. Pemberlakuan PPKM di Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan menindak tegas terhadap pelanggaran aturan PPKM Darurat. Pelanggar akan langsung disegel. (detik.com, 1/7/21)

Untuk pelaksanaan ini, petugas gabungan dari Satpol PP DIY, Polisi, TNI, dan Satgas kecamatan akan dibagi dalam tiga shift untuk piket patroli. Selama patroli , jika petugas gabungan ini menemukan pelanggaran akan langsung ditindak. (detik.com, 1/7/21)

Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa opsi lockdown berguna untuk memeroleh hasil yang signifikan dalam meminimalisasi penyebaran kasus. Terlebih, ia mengingatkan akan adanya ancaman varian delta Covid-19 yang dinilainya sangat berbahaya. Maka PSBB atau lockdown ini harus serentak. Ini untuk memperoleh hasil yang signifikan dan meminimalisasi penyebaran. (detiknews.com,21/6/21)

Para dokter spesialis mengeluarkan pernyataan dalam merespon situasi pandemi di Indonesia yang tengah mengalami lonjakan kasus secara signifikan. Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru), Dr dr Erlina Burhan Sp.P(K), M.Sc,Ph.D, mengatakan kasus naik setelah adanya pembukaan tempat wisata dan pergerakan masyarakat yang tinggi. Ia mengatakan, jika sistem kesehatan Indonesia kolaps akan berdampak kepada yang lainnya, sistem yang lain pun juga kolaps. Ekonomi kolaps, pendidikanpun juga kolaps. (kompas.com. 19/6/21)

Grafik angka positif corona naik terus sejak pasca libur hari raya. Pemudik berdatangan, pariwisata tetap di buka. Akhirnya para pemudik tersebut memanfaatkan masa libur mudik dengan mendatangi banyak tempat tempat wisata. Larangan mudik tak digubris okeh masyarakat. Jika sepeti ini tak akan bisa menghentikan laju kenaikan grafik angka positif Covid. Pemberlakuan kebijakan yang setengah-setengah membuat pandemi ini tak kunjung usai. Pemerintah dalam dilema, jika lockdown maka imbas terhadap perekonomian akan terasa berat. Pemerintah juga berat menanggung beban kebutuhan masyarakat. Jika tidak dilakukan lockdown, maka pandemi juga tidak akan selesai. Serba salah, maka yang bisa dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah lockdown setengah setengah. Mungkin juga tidak hanya Indonesia yang memberlakukan lockdown setengah-setengah. Masih banyak negara yang memberlakukan seperti ini, karena negara-negara kapitalis tidak akan pernah mau dirugikan. Sistem kapitalisme yang telah mengakar dalam kebijakan negeri ini telah mengakibatkan penanganan pandemi setengah hati. Kehilangan banyak nyawa manusia pun tak menjadi soal. Lalu, di mana peran negara sebagai pelindung umat? Tak ada dalam kamus dalam negara kapitalis bahwa negara menjadi pelindung umat. Negara berubah fungsi menjadi negara pelindung para kapital. Maka wajar, dari berbagai aspek, mulai pendidikan sampai kesehatan berorientasi pada profit (keuntungan), termasuk soal penanganan pandemi saat ini.

Islam sebagai sistem yang paripurna, memberikan solusi bagi penanganan wabah. Telah dicontohkan oleh Rosulullah bagaimana penanganan wabah. Rasulullah Saw mengingatkan,”Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia.” Beberapa yang dilakukan di antaranya:

1. Pemberlakuan lockdown syari. “Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).

Jadi untuk saat ini, harusnya pemberlakuan lockdown di masing-masing negara diberlakukan. Tidak diperbollehkan masuk atupun keluar dari negara yang terjangkit.

2. Rasulullah juga menganjurkan untuk isolasi bagi yang sedang sakit agar penyakit yang dialaminya tidak menularkan kepada yang lain. Hal ini sebagaimana hadis: “Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Dengan demikian, penyebaran wabah penyakit menular dapat dicegah dan diminimalisasi. Melakukan social distancing untuk memutus rantai penyebaran wabah Covid-19. Menjauhi kerumunan, jaga jarak, dan di rumah saja, itulah yang harus dilakukan.

3. Negara akan memberi fasilitas pengganti karena lockdown, terutama dalam ekonomi. Membentuk terjaminnya distribusi kebutuhan bagi masyarakat.
Konsep lockdown yang dilakukan oleh negara berfokus pada penyelamatan jiwa rakyat. Negara harus siap melaksanakan sunah Rasul tersebut. Kebijakan politik yang tegas, komperhensif,ndan holistik dibuat demi meredam penyebaran virus. Solusi mengatasi pandemi dengan cara Islam ini akan mudah teratasi. Idealnya seperti inilah yang harusnya dilakukan oleh para penguasa negeri ini. Jika ini dilakukan sejak awal, pandemi, tentunya kondisi saat ini tidak demikian parah. Mengingat penguasa adalah junnah atau perisai yang melindungi rakyat, maka setiap kebijakan yang dikeluarkan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Bagaimana dalam meri’ayah umat, bagaimana dalam melindungi rakyat. Berpegang teguh dengan aturan Allah dalam membuat kebijakan akan menjadikan seorang penguasa amanah dalam jabatannya. Penguasa amanah tentunya akan membawa negeri ini penuh berkah, dan pandemi pun segera musnah.