Breaking News

Bencana dan Berbagai Krisis Moral yang Melanda Negeri

Spread the love

Oleh. Tri Silvia
(Pemerhati Masyarakat)

Muslimahtimes.com– Innalillahi wainnailaihi rojiun. Indonesia kembali dirundung duka. Lebih dari 200 orang telah kehilangan nyawa, ribuan orang terluka, dan banyak orang lainnya harus mengungsi akibat kerusakan yang terjadi. Gempa besar telah memorak-perandakan Kota Cianjur, Jawa Barat pada Senin lalu (21/11/2022). Gempa dengan magnitudo 5,6 SR itu telah membuat hampir semua bangunan yang dilewatinya rusak parah. Dibarengi dengan bencana longsor, membuat kondisi Cianjur semakin genting, tangisan hingga teriakan histeris terdengar di sana-sini.

Sungguh Allah telah berikan cobaan yang berat kepada warga terdampak. Untaian doa terbaik menghantarkan para syuhada yang wafat di bumi bencana. Semoga Allah berikan tempat terbaik di sisi-Nya, dan tak lupa juga kesabaran bagi keluarga yang ditinggalkan. Adapun bagi korban terdampak lainnya, baik yang luka-luka ataupun yang kehilangan tempat tinggal. Semoga segera diberikan kesembuhan dan kemudahan dalam segala urusan serta mendapat ganti yang lebih baik.

Terkait syahidnya para korban, Allah jelaskan lewat hadis dari Rasul saw yang artinya,

“… Orang yang meninggal tenggelam adalah syahid, orang yang meninggal tertimpa benda keras adalah syahid…” (HR An-Nasa`i)

Bencana demi bencana melanda negeri ini, mulai dari tsunami, gempa, longsor, banjir bandang, likuifaksi, pergeseran tanah, dan gunung meletus. Jutaan orang telah berpulang melalui perantaraannya. Namun, masih banyak saja manusia-manusia durjana, yang tak hanya tidak mau patuh dan taat atas segala aturan-Nya, melainkan juga membangkang bahkan menghina ajaran-ajaran-Nya. Termasuk mereka yang memiliki popularitas dengan penggemar sedemikian banyak. Bukannya menjadi contoh dan teladan yang baik, justru mempertontonkan perilaku buruk bahkan cenderung menjijikan saat tampil menghibur para penggemarnya.

Sebagaimana aksi rebahan yang dilakukan artis PM saat manggung, sampai-sampai para penonton bisa melihat celana dalamnya dengan jelas. Ada juga aksi nyeleneh dari penyanyi P yang menggesekkan HP penggemar ke kemaluannya. Atau aksi yang dilakukan artis perempuan dengan inisial WV yang nekat buka baju saat manggung di daerah Palu, Sulawesi Tengah.

Fans Service menjadi alasan dari semua aksi nyeleneh di atas. Alasan ini seakan-akan menjadi pembenar dari segala perilaku yang mereka tunjukkan. Mereka berpikir bahwa dengan melakukan hal seperti itu, mereka telah memuaskan keinginan para fans dan membalas segala jasa yang diberikan oleh mereka. Padahal mereka tau bahwa negeri ini terkenal dengan keindahan adab dan sopan santunnya, berbeda dengan negara-negara di luaran sana yang tak mengenal sopan santun apalagi adab dan tata krama. Maka apakah pantas menjadikan alasan fans service sebagai pembenar tindakan mereka?

Belum lagi jika dilihat dari sudut pandang Islam yang notebene merupakan agama mayoritas negeri ini. Aksi tersebut merupakan perilaku yang jauh dari akhlak seorang muslim. Sebab aksi tersebut menunjukkan perilaku tidak tahu malu dan lemahnya moral. Padahal malu adalah bagian dari iman, dengan kata lain sudah tak lengkap iman seseorang jika rasa malu itu sudah hilang dari dekapan. Terkait rasa malu yang merupakan bagian dari keimanan, hal tersebut dijelaskan dalam hadis sebagai berikut,

“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.” (HR. Bukhari Muslim)

Dengan hadis di atas, maka jelas sebagai seorang muslim yang senantiasa berusaha untuk menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, kita wajib untuk menghiasi diri dengan rasa malu. Sebab, jika rasa malu ini hilang dari genggaman, maka sedikit demi sedikit rasa takut pun akan hilang, yang timbul hanyalah perilaku bejat dan maksiat.

Sungguh ironis, saat banyak sekali bencana yang terus menerpa bumi, manusia-manusia masih saja mendominasi dengan segala kemaksiatan yang mereka banggakan. Tak ada rasa malu dan keinginan untuk menutupi aibnya, mereka justru mengumbar dan mempertontonkannya sebagai kehebatan dan sesuatu yang keren.

Padahal, Allah sudah kabarkan tentang hal-hal yang menyangkut hakikat sebuah bencana. Salah satunya sebagai peringatan dan teguran bagi manusia.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum : 41)

“Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Karena itu, Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS.An-Nahl : 112)

Bercermin dari berbagai pertanda ini, maka seharusnya masyarakat, khususnya umat Islam di Indonesia sadar dan segera bertaubat. Jauhi maksiat dan memupuk lagi rasa malu dalam diri, sembari menjalankan segala aturan-aturan Allah secara kaffah dan sempurna melalui penerapan sistem Islam dalam bernegara. Sebab, masalah utama dari meningkatnya krisis moral yang melanda negeri bukan hanya sebab hawa nafsu belaka. Melainkan juga ide dan pemikiran dalam sistem kehidupan yang kini berlaku di tengah-tengah mereka. Dalam hal ini, ide sekuler-liberalislah akar utama masalahnya. Masyarakat merasa berhak untuk melakukan apapun demi mendulang popularitas dan keuntungan semata, mereka tidak peduli lagi apakah sesuai dengan nilai moral dan agama ataukah tidak. Itulah, ide-ide pemisahan antara agama dan kehidupan, serta ide tentang kebebasan nyatanya berhasil memimpin manusia pada krisis moral yang teramat kritis.

Sungguh, umat hari ini butuh penerapan Islam secara menyeluruh untuk bisa terbebas dari jebakan krisis moral negeri. Agar umat kembali pada fitrah kehidupan yang tenang dan damai, serta limpahan rahmat Allah Swt untuk seluruh umat manusia.

Wallahu A’lam bis Shawwab