Breaking News

Lagi, Genre Film Horor Jadi Tuntunan

Spread the love

Oleh. Rut Sri Wahyuningsih
(Institut Literasi dan Peradaban, Kontributor Muslimahtimes.com)

Muslimahtimes.com–Ada Film baru yang akan tayang 30 Mei mendatang, berjudul Temurun dengan genre horor, persembahan Sinemaku Pictures 2024. (republika.co.id, 23/4/2024)

Umay Shahab dan Prilly Latuconsina dipercaya menjadi produser film ini. Prilly berharap film ini bisa diterima dengan baik oleh penonton Indonesia, mengingat produksi ini gebrakan Sinemaku Pictures yang berani eksplore genre lain. Keyakinan ini berangkat setelah dua karya perdana dimulai dengan drama Kukira Kau Rumah dan Ketika Berhenti di Sini, keduanya sukses bahkan meraih predikat film blockbuster.

Prilly menambahkan, tim ingin menyajikan cerita-cerita yang ada di masyarakat dan diramu dengan gaya Sinemaku Pictures, didukung para talenta muda perfilman Indonesia.

Di teaser yang rilis bulan ini disajikan adegan-adegan mencekam mulai dari peristiwa orang-orang yang digantung, disekap, dan terkapar di antara potongan daging hingga perempuan menyeramkan dengan mata satu yang tersisa di wajahnya dan di bagian lainnya telah rusak.

Tontonan Nirtuntunan

Baru selesai dengan penolakan film Kiblat yang dianggap menistakan agama, sudah muncul film horor yang lain. Meski bukan bermaksud syiar agama (Islam), namun patut kita waspadai dampak negatif yang pasti akan ditimbulkan.

Sungguh memprihatinkan, betapa miskinnya bangsa ini dari literasi yang mendidik. Mereka terlalu banyak dicekoki dengan tayangan media sosial yang kacau, ditambah dengan produksi film yang sama sekali tak bermanfaat dunia akhirat.

Tontonan ini jelas bukan tuntunan yang bisa diambil hikmahnya. Karena menampilkan sesuatu yang khayali (khurafat, bualan) yang berasal dari keterbatasan akal manusia memahami hal-hal yang ghaib dan di luar nalar.

Merangsang alam bawah sadar untuk meyakini sesuatu yang mengerikan itu ada dapat mereka lihat dan rasakan berupa bentuk-bentuk aneh berdarah-darah, dengan maksud apa?

Jelas tak ada manfaatnya, bahkan bagi muslim ini bakal menggoncang akidah. Sebab hal yang ghaib bukan ranah manusia, sebagaimana firman Allah Swt. Yang artinya, “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak ada siapa pun di langit dan di bumi yang mengetahui sesuatu yang gaib selain Allah. Mereka juga tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” (TQS An-Naml: 65)

Gambaran kengerian hanyalah rekayasa akal yang sebetulnya membuat bodoh. Akal adalah karunia Allah Swt. Dengan fitrahnya mampu membedakan baik dan buruk. Sudah semestinya distimulasi dengan pemahaman dan pemikiran yang sahih, terutama jika dikaitkan dengan tujuan penciptaan manusia di dunia ini, yaitu menjadi hamba Allah (TQS Adz- Dzariyat :56).

Agar manusia terutama kaum muslim bisa produktif. Menghasilkan amal ibadah yang kelak akan ia pertanggungjawabkan di akhirat. Inilah kerugian ada dalam sistem kapitalisme. Tak ada pertimbangan edukasi, menjaga akidah bahkan tak ada halal haram ketika memproduksi sesuatu, pun tayangan film murni hanya untuk hiburan dan cuan.

Padahal ini negeri dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, semestinya mempertimbangkan syariat sebagai cara pandang dalam kehidupan, bukankah itu identitas asal seorang muslim, bahkan dalam salatnya sekalipun, selalu dilantunkan “..Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau dalam keadaan tunduk, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya. Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan yang demikian itulah aku diperintahkan. Dan aku adalah termasuk orang-orang muslim.”

Faktanya lagi, kapitalisme yang subur di sistem politik demokrasi memang tak akan peduli ketika akidah rakyatnya terguncang, beralih meyakini sesuatu di luar Allah punya kekuatan, padahal ini fatal. Bisa jadi jika tak ada pengawasan lebih lanjut bahkan tak ada sanksi hukum yang menjerakan akan menjadi kesyirikan berjamaah yang legal, nauzubillah.

Islam Menjaga Akidah Umat

Akal adalah potensi hidup yang luar biasa. Mulia dan hinanya manusia bergantung dari pemahaman yang masuk ke akalnya. Bagaimana ia memenuhi semua kebutuhan hidupnya, termasuk tontotan yang merupakan kebutuhan tersier juga bergantung pada apa yang dipahami akal.

Maka, negara dalam pandangan Islam wajib memastikan tidak ada gangguan yang bakal mengguncang akal rakyatnya, baik berupa tontonan, budaya maupun ide-ide yang tumbuh di masyarakat. Negara akan mengawasi media sosial, situs-situs yang tidak sesuai dengan syariat dan senantiasa mewujudkan suasana keimanan yang kental.

Negara juga tidak menjadikan industri film sebagai jalan mencari nafkah, melainkan mendorong semua potensi manusia bisa digunakan dalam mencari nafkah dengan menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan yang banyak.

Negara juga menjamin kemudahan akses masyarakat terhadap kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Semua dengan tujuan agar manusia bisa maksimal beribadah kepada Allah. Pun untuk mereka yang non muslim.

Negara hadir sebagai peri’ayah atau pengurus rakyat sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Wallahualam bissawab.