Breaking News

Keamanan dalam Jaminan Kapitalisme

Spread the love

Oleh. Rut Sri Wahyuningsih
(Institut Literasi dan Peradaban)

MuslimahTimes.com – Bak cerita dalam drama thriller yang setiap adegannya memicu detak jantung lebih kencang dari biasanya. Bagaimana tidak, per 1 Desember lalu dibuka dengan deklarasi Kemerdekaan Papua Barat oleh Benny Wenda pimpinan United Liberation Movememt for West Papua (ULMWP).

Tindakan teroris itu nyata, suara ingin lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia begitu lantang, lantas dimana mereka yang berteriak NKRI harga mati? Mereka lenyap bak ditelan bumi, bahkan sekedar twit di tweeterpun tak terdengar. Reaksi pemerintah pun tak terduga, Menko Polhukam Mahfud MD menyebut Benny Wenda sedang membangun negara ilusi. Karena itu, Mahfud mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir terhadap negara ilusi yang dibangun Benny Wenda.

“Sekarang dia nggak punya kewarganegaraan. Di Inggris dia tamu, di Indonesia sudah dicabut kewarganegaraannya. Lalu bagaimana dia memimpin negara? Itulah yang saya katakan negara ilusi yang dia bangun. Oleh sebab itu, rakyat tidak perlu terlalu takutlah, itu kan hanya ilusi,” kata Mahfud dalam konferensi pers di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (kompas.com,3/12/2020).

Mahfud bahkan menambahkan yang menjadi pertimbangan pemerintah tak perlu terlalu serius bahwa deklarasi pemerintahan sementara Papua Barat dilakukan Benny Wenda melalui Twitter.

Senada seirama, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, Presiden Joko Widodo sejak awal menggunakan pendekatan kesejahteraan untuk menyelesaikan persoalan Papua. Dan itu lebih penting daripada pendekatan keamanan. Jika masih ada bentrok maka itu hanya ulah sebagian kecil KKB ( Kelompok Kriminal Bersenjata) yang akan akan semakin sempit geraknya dengan perbaikan kesejahteraan (gelora.co, 2/12/2020).

Rakyat dibuat makin bertanya-tanya, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas telah menginstruksikan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) untuk menjaga rumah orang tua Mahfud MD untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, seperti kejadian pengepungan oleh ratusan orang pada Selasa, 1 Desember lalu.

“Ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawab utama seluruh kader Banser untuk melindungi para kiai, dan juga tokoh-tokoh NU dari ancaman atau gangguan yang datang. Dengan demikian tanpa diminta pun kita pasti akan beri perlindungan,” kata Gus Yaqut, panggilan akrabnya dalam pernyataan tertulis (swararakyat.com, 1/12/2020)

Lantas apa yang bisa dijelaskan ketika ada 6 orang pengawal Imam Besar Habieb Rizieq yang tewas dibantai aparat kepolisian? Meskipun masih ada perbedaan diantara kedua belah pihak namun haruskah di negara hukum justru menjadikan bunuh membunuh sebagai solusi? Lantas apa artinya Pancasila dan UUD 1945 yang selalu dijadikan batasan mana warga negara yang setia dan tidak.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mengecam Polri yang menembak mati 6 orang pengawal Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab ditembak mati aparat. Pasalnya, ini merupakan pelanggaran prinsip fair trial atau peradilan yang jujur dan adil.

“KontraS mengecam keras tindakan Anggota Kepolisian Republik Indonesia yang mengakibatkan kematian terhadap enam orang yang sedang mendampingi perjalanan Rizieq Shihab. Peristiwa ini merupakan bentuk pelanggaran prinsip fair trial atau peradilan yang jujur dan adil,” ujar Koordinator KontraS, Fatia Maulidiyanti, Selasa (inews.id, 8/12/2020)

Inilah yang terjadi jika penjaminan keamanan kita letakkan ditangan sistem kapitalisme. Sistem ini berkelindan dengan sistem politik demokrasi, menciptakan sebuah kekuasaan invisible man yang sama sekali tak berpihak pada rakyat. Terlbih Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam. Sedemikian murahkah harga satu nyawa? terlebih ini nyawa kaum mukmin yang belum terbukti kesalahannya.

Apa pula bedanya dengan negara koboi dalam film-film Barat itu, senjata segalanya, manusia, darah, harta bahkan nyawanya tak berharga, sehingga negara begitu abai. Adalah ilusi jika kita begitu saja menjaminkan keamanan kepada sistem yang tak manusiawi ini. Sedangkan dalam Islam keamanan adalah salah satu kebutuhan pokok rakyat yang dijamin negara, sebagaimana sabda Rasulullah:
“Sesungguhnya seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung, maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggungjawab atasnya)“ (HR. al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ahmad).

Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa imam adalah junnah (perisai) yakni seperti tirai atau penutup karena menghalangi musuh menyerang kaum Muslim, menghalangi sabagian masyarakat menyerang sebagian yang lain, melindungi kemurnian Islam dan orang-orang berlindung kepadanya. Adapun menurut al-Qurthubiy maknanya adalah masyarakat berpegang kepada pendapat dan pandangannya dalam perkara-perkara agung dan kejadian-kejadian berbahaya dan tidak melangkahi pendapatnya serta tidak bertindak sendiri tanpa perintahnya. Wallahu a’ lam bish showab.

Leave a Reply

Your email address will not be published.