Breaking News

Mengapa Nyawa Seakan Tak Berharga?

Spread the love

Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik)

Muslimahtimes.com–Rasulullah menegaskan bahwa jiwa seorang muslim sangat berharga dan mahal di sisi Allah Ta’ala. Sampai-sampai Nabi mengatakan, “Hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim.” (HR. An Nasai)

Entah apa yang terjadi saat ini, banyak perilaku aneh seperti fenomena bunuh diri, membunuh pacar, ayah membunuh anak, ibu membunuh anak, dan anak membunuh ayah. Perilaku yang tak pernah terbayangkan bisa dilakukan oleh manusia. Bahkan, hewan sekalipun yang tidak memiliki akal tak akan pernah tega melakukannya.

Baru-baru ini terjadi pembunuhan, anak membunuh ayahnya hanya karena keinginannya tidak dapat dipenuhi oleh sang ayah. Pembunuhan ini terjadi di Pemalang, Jawa Tengah. Sang anak tega membunuh ayahnya melalui pembunuh bayaran teman di masa kecilnya. Sang ayah ditemukan tewas dengan luka tusuk di lehernya dan uang jutaan rupiah raib (Pojoksatu.com, 08-12-2023).

Di tempat lain, sang ayah tega menghabisi ke-4 nyawa anaknya di sebuah kontrakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sementara sang ayah ditemukan tergeletak di kamar mandi dengan luka di tangan, diduga sang ayah hendak melakukan percobaan bunuh diri mengunakan pisau yang ada di sampingnya. Diketahui sang ayah sudah menganggur selama 5 bulan, dan pernah melakukan KDRT dengan istrinya. Terdapat pesan berupa tulisan di lantai berwarna merah bertuliskan, “Puas Bunda Tx For All”. Masih menjadi teka-teki apa maksud pesan tersebut dan ditulis oleh siapa? (detikNews.com, 08-12-2023)

Faktor Penyebab

Nyawa seakan tak berharga, manusia mudah sekali membunuh raga. Perlu ditelaah, bahwa ada yang salah. Naluri kasih sayang yang dimilki anak dan orang tua bisa seketika hilang, tentu ada penyebabnya. Setidaknya ada dua faktor penyebab, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu dari dalam diri manusia itu sendiri, kontrol keimanan, emosi dan mental. Seharusnya keimanan seseorang bisa menjadi self control ketika melakukan suatu perbuatan. Apalagi bagi seorang muslim, dia hanya akan melakukan perbaikan yang halal dan menjauhi apa yang diharamkan oleh Allah.

Jika kontrol keimanan berjalan, maka kontrol emosi dan mental akan berfungsi. Manusia tidak akan mudah marah, marah hanya pada sesuatu yang tidak Allah sukai. Begitupun dengan mental, akan terjaga dengan baik sehingga memiliki ketahanan mental yang bagus dan tak mudah putus asa. Kontrol iman juga membimbing seseorang memiliki adab atau akhlak yang baik terutama pada orang tuanya.

Sayangnya, keimanan ini sedikit demi sedikit terkikis hampir habis oleh faktor eksternal yang berada di luar dirinya. Yaitu faktor lingkungan masyarakat dan aturan yang diterapkan oleh negara saat ini. Lingkungan yang ada didominasi oleh suasana materialistis, individualis, hedonis, permisif, liberalis, dan minim adab. Sehingga membuat seseorang yang diuji materi oleh Allah, akan mudah tergoda menikmati materi dengan cara instan dan tidak halal. Sementara lingkungan yang ada tak peduli atas kesulitan yang dialami seseorang, minim empati akhirnya hilang jati diri. Minim adab membuat seseorang nekad melakukan apa saja termasuk pada orang tuanya sendiri.

Ditambah sekularisme yang diterapkan saat ini, di mana agama hanya diakui di ranah privat sementara di ranah publik agama tak perlu dibawa. Standar halal dan haram nyaris tak digunakan dalam ranah publik. PHK besar-besaran dan sulitnya lapangan pekerjaan membuat rakyat depresi, tak heran jika terjadi sumbu pendek hingga terjadi kekerasan dan pembuhunan dalam rumah tangga. Padahal, negara harusnya memiliki tanggung jawab terhadap kesejahteraan dan pendidikan rakyatnya agar beriman, berilmu, dan beradab.

Islam Memiliki Solusi

Islam memiliki konsep yang jelas, dalam pendidikan misalnya anak dibekali pemahaman akidah yang benar di rumah sejak kecil. Di lembaga pendidikan, anak di bentuk agar memiliki kepribadian Islam yang baik selain menguasai tsaqafah dan ilmu kehidupan. Negara mengatur pendidikan berbasis akidah Islam, halal dan haram, berilmu untuk beramal dan memiliki adab. Di sektor ekonomi, negara menjamin kesejahteraan dengan memastikan setiap individu terpenuhi kebutuhan pokok dan kolektifnya.

Negara juga memfasilitasi lapangan pekerjaan bagi warga negara yang membutuhkan, memberikan lahan yang bisa digarap bagi yang memiliki keahlian di bidang tanah dan pertanian. Membekali skill dengan training jika ada warga negara yang membutuhkan. Kontrol masyarakat pun berjalan, suasana amar makruf nahi mungkar dan saling menyayangi serta peduli terhadap sesama. Sehingga jika ada saudaranya yang kesulitan, segera dibantu semata hanya karena Allah.

Konsep rumah tangga, dibangun atas dasar akidah agar terwujud sakinah (ketenangan) bukan saling menyakiti antara suami, istri, dan anak. Berjalannya bahtera rumah tangga bersandarkan pada syariat agar selamat dan mendapat rida-Nya. Suami dan istri dipahamkan tentang hak dan kewajiban dan pola mengasuh anak yang baik sesuai Islam. Memenuhi hak anak dengan rasa kasih sayang.

Negara memastikan setiap warganya merasakan kenyamanan, ketentraman dan kesejahteraan. Karena dalam Islam, pemimpin memiliki tugas mengurus rakyatnya dengan baik. Seorang pemimpin dalam Islam sadar bahwa apa yang dilakukan di dunia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Jadi, permasalahan pembunuhan dan kekerasan dalam rumah tangga yang marak terjadi sebuah persolan yang pelik dan sistemik. Butuh penyelesaian holistik dan sistemis pula agar tuntas. Apabila sistem saat ini tidak mampu mengurai benang kusut yang ada dan menyelesaikannya, beri kesempatan pada Islam untuk mengatur semuanya agar lebih baik dan berkah. Allahu’alam bishawab.