Breaking News

Pemakaian Hijab Dianggap Pemaksaan, Sekularisme Jadi Pijakan

Spread the love

 

Oleh. Gayuh Rahayu Utami

MuslimahTimes.com – Lagi-lagi kasus berulang di negeri ini yang notabene dihuni oleh penduduk mayoritas muslim ini. Di sebuah SMA Negeri Kecamatan Banguntapan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ramai diperbincangkan. Menurut siswi tersebut, dia merasa dipaksa mengenakan hijab ketika berlangsung acara Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Dua Guru BK memberikan ajakan untuk mengenakan hijab akan tetapi siswi tersebut merasa dipaksa dan mengalami depresi berat karena diberikan nasihat untuk memakai kerudung.

Semenjak kejadian ini, dua guru BK dan dan kepala SMA Negeri tersebut diberhentikan dari sekolah dengan alasan dugaan pemaksaan terhadap siswi untuk memakai pakaian yang merupakan kewajiban setiap muslimah ketika keluar rumah. Berita ini menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Hijab dipermasalahkan dan ironisnya terjadi di negeri yang sebagian besar penduduknya beragama Islam.

Dari kasus di atas memang kejadian ini tidak hanya terjadi sekali. Bahkan berulang sampai 3 menteri mengeluarkan SKB yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan kebijakan yang demikian. Dunia pendidikan ternodai oleh pola hidup yang sekuler dan kapitalistik. Memakai hijab dibatasi sebagai imbauan, bukan kewajiban. Memakai hijab syar’i pun dipersulit. Harus melangkah dengan mengajukan surat pernyataan. Padahal pendidikan yang baik sejatinya adalah memberikan pemahaman kepada siswa siswinya agar selalu taat terhadap syariat Islam.

Orientasi pendidikan era sekuler kapitalisme adalah nilai akademik ,tetapi nilai moralnya dan keterikatan dengan hukum syarak sangat minim. Di samping biaya pendidikan mahal, kurikulum yang diajarkan adalah sekuler. Maka tidak heran generasi hari ini bahkan jauh dari pemahaman Islam dan takut terhadap agamanya sendiri. Kondisi mental semakin turun drastis dan tidak sedikit yang terjadi ‘salah tangkap‘ penerimaan antara mendidik sesuai Islam dan pemaksaan.

Meski ada sekolah yang berlabel Islam pun juga tergerus arus sekuler kapitalisme dan tidak ketinggalan pula ada yang dirasuki paham moderasi beragama. Dampak dari ide yang sejatinya rusak dan merusak serta racun berbalut madu ini mengakibatkan dampak islamofobia terhadap generasi hari ini, menjadi ragu dan enggan dengan ajaran agamanya, serta menjadikan pemuda kehilangan jati dirinya sebagai muslim.

Negeri ini jelas dan nyata mengalami sekularisasi yang cukup masif. Kafir Barat tidak henti-hentinya untuk melemahkan umat Islam melalui perang pemikiran. Jika pemikirannya rusak, maka pasti mengakibatkan adanya pemahaman yang menyimpang dari aturan Islam. Maka, butuh adanya kesadaran dari individu, masyarakat, dan negara untuk membersihkan dari pemikiran barat yang rusak dan merusak. Jika tidak mempunyai fondasi keimanan dan pemikiran Islam yang kuat maka akan mudah ikut arus yang notabene diikuti oleh liberalisasi yang mengancam negeri ini dimana generasi muslim kehilangan identitas keislamannya. Peran individu, masyarakat, dan negara harus saling bersinergi. Jika salah satu dari tiga pilar ini rusak, maka ke bawahnya juga akan turut rusak. Umat sangat membutuhkan adanya pendidikan yang berbasis Islam yang berhasil mencetak generasi pejuang. Bukan generasi membebek kepada pemikiran asing.

Di dalam sistem Islam, kurikulum sangat diperhatikan dan tidak boleh menentukan sebuah kurikulum yang bertentangan dengan ajaran Islam. Selain kurikulum, fasilitas pendidikan Islam sangat berbeda dengan pendidikan ala kapitalisme dimana kita ketahui bersama bahwa pendidikan ala kapitalisme itu identik dengan pembayaran yang mahal. Jika ingin mendapat fasilitas pendidikan yang bagus maka harus merogoh kocek yang cukup banyak. Sehingga fasilitas pendidikan yang bagus dalam sistem kapitalisme hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang. Dalam Islam, pengelolaaan pendidikan tidak mengenal kasta. Baik itu orang kaya maupun miskin berhak mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai dengan biaya terjangkau bahkan gratis. Baik siswa yang sedang maupun siswa yang pandai mendapatkan fasilitas yang sama.

Dalam sistem Islam pun, guru juga mendapatkan kesejahteraan. Gaji guru sangat diperhatikan, sebagaimana yang terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab, saat itu guru digaji sebesar 15 dinar. Jika 1 dinar sama dengan 4,25 gram emas dan harga emas pada hari ini 800 ribu rupiah per gram-nya, maka saat itu gaji guru di era Khalifah Umar setara dengan 51 juta rupiah. Pengelolaan seperti ini tidak mungkin ada dalam sistem kapitalisme sekuler yang di mana kerja guru serius, tetapi gajinya bercanda.

Sungguh hanya dengan penerapan Islam secara sempurna generasi muslim bisa terselamatkan dari pemikiran asing, akhlak terjaga, semangat berjuang untuk menjaga Islam juga terus membara. Negara yang penuh berkah dan sejahtera hanya negara yang menerapkan Al Qur’an dan As Sunnah secara totalitas. Mari kita bersama-sama mewujudkan penerapan Islam secara sempurna.