Breaking News

Pemberian Modal Usaha, Mampukah Wujudkan Kesejahteraan Hakiki?

Spread the love

Oleh. Fathiya Puti Khaira

Muslimahtimes.com–Dilansir dari laman berita Kompas.com, 47 persen masyarakat miskin di Indonesia telah keluar dari status kemiskinan ekstrem. Hal tersebut terjadi karena kebanyakan dari mereka mendapatkan bantuan modal dari PNM (PT Permodalam Nasional Mandiri) untuk membangun usaha. Direktur utama PNM, Arief, menyatakan bahwa hanya 11 persen rakyat di Jawa Tengah yang menerima bantuan dari pemerintah, sedangkan 47 persen lainya adalah nasabah Mekaar (PNM Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera). Dengan begitu, PNM yakin bahwa mereka mampu menjadi akselerator untuk mempercepat pengurangan kemiskinan dan mampu membantu menyejahterakan rakyat Indonesia, sehingga tercapainya nol kasus kemiskinan ekstrem di Indonesia pada tahun 2024 sesuai arahan presiden. PNM juga mengintegrasikan data dengan Kemenko PMK (Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) agar dapat mengindentifikasikan masyarakat yang perlu diberikan bantuan modal usaha. PNM bekerja keras untuk menyalurkan modal, demi kesejahteraan rakyat dan tercapainya tujuan pemerintah pada tahun 2024.

Tantangan Terbesar para Pelaku UMKM

Namun pada nyatanya, mendirikan UMKM yang langgeng, sentosa, dan berkepanjangan bukanlah sebuah hal yang mudah. Selain membutuhkan modal, masayarakat juga membutuhkan sarana pendukung lainnya yang mampu mengokohkan pondasi UMKM itu sendiri. Maka tak jarang kita temukan, para pelaku UMKM yang mogok di tengah jalan, karena harapan yang tak sesuai dengan kenyataan. Dengan kebutuhan ekonomi yang terus meningkat, seseorang tak bisa hanya mencukupkan diri dengan para konsumennya yang sudah ada, namun ia juga harus menarik para pelanggan baru lainnya. Konsumen yang sudah ada belum tentu akan membeli barangnya setiap hari atau setiap pekan, maka ia membutuhkan orang baru lagi di hari yang baru.

Pencitraan merek adalah hal yang harus dilakukan oleh para pelaku bisnis, sebab persaingan akan terus meningkat setiap waktunya. Percitraan merek dengan cara cerdas adalah hal jitu untuk meningkatkan kesadaran masayarakat terhadap sebuah merek, peningkatan nilai bisnis, dan kemampuan mendapat pelanggan baru dengan lebih cepat. Hal ini tentu tidak mudah, pelaku UMKM haru tetap menjaga kualitas produksinya, mempertahankan konsumen lamanya, sambil berusaha membuat inovasi baru dalam menarik perhatian publik. Tentu ini membutuhkan ilmu dalam menjalankannya, atau setidaknya pengalaman. Tidak bisa orang biasa yang tidak pernah berkecimpung dalam dunia bisnis, lalu diberi modal, mendirikan usaha, lalu kaya begitu saja.

Selain itu, untuk menciptakan hal yang baru dalam memproduksi suatu barang, tak akan tercium wanginya oleh pasar, bila Sang Produsen tak berangkulan dengan teknologi atau bahkan tak pernah memasarkannya di media sosial. Di era serba canggih ini, yang kaya adalah yang viral. Tentu ini akan menjadi sebuah pertanyaan yang besar, apakah UMKM yang berasal dari pelosok, akan mampu bertahan dengan persaingan algoritma yang sanga cepat?

Akarnya, Bukan Pucuknya

Memang, berbisnis tak semudah membalikkan tangan. Ada rugi yang menjadi hal diwaspadai dan ada untung yang menjadi bonusnya. Tapi, apakah benar jika pemberian modal adalah upaya terbaik dalam mengentaskan masalah kemiskinan di Indonesia? Bagaimana dengan persaingan barang impor? Bagaimana dengan masyarakat yang hidup di kolong jembatan? Bagaimana dengan masyarakat yang membaca, menulis dan berhitung pun tak bisa? Apakah mereka mampu berbisnis?

Inilah dia jadinya, ketika menyelesaikan masalah tidak dari pangkalnya melainkan hanya ujung-ujungnya saja. Sama halnya dengan memperbaiki handphone yang rusak, hank, dan blank. Ketika handphone hank, maka yang kita lakukan adalah meng-install ulang sistemnya, bukan mengganti casing-nya. Ketika suara dari speaker handphone tidak keluar, yang kita lakukan adalah membawanya ke tukang service untuk dibenarkan sistem audionya, bukan malah membeli headset yang baru. Mau senyentrik apa pun casing-nya, seberapa mahal headsetnya, bila kita tidak perbaiki sistem atau pengaturannya, maka handphone itu akan tetap rusak. Sama halnya dengan kemiskinan, mau sebanyak apa pun keringat yang telah berkucur, sebanyak apapun anggaran yang telah disalurkan, bila hanya casing-nya saja yang diperbaiki, tentu masalahnya tak akan mampu teratasi.

Seharusnya, inilah yang menjadi sorotan negara, akar masalanya bukan pucuk masalahnya. Kemiskinan terjadi bukan setahun dua tahun, tapi sudah berpuluh-puluh tahun. Kebutuhan pokok yang semakin mahal, biaya pendidikan yang semakin membengkak, biaya kesehatan yang semakin melonjak, lapangan kerja yang semakin sempit, dan persaingan yang semakin ketat membuat kemiskinan adalah hal abadi di negeri ini. Semua hal adalah uang, semua tujuan adalah materi. Inilah hasil pemikiran kapitalis yang mengartikan bahwa semua kesempatan adalah uang. Tentu, jika negri ini tak hanya memikirkan uang, pasti kemiskinan sudah musnah sejak bertahun-tahun lahu.

Bukti Nyata Kejayaan Ekonomi Islam

Sudah ada buktinya, 1400 tahun yang lalu ketika system yang dipakai bukan system kapitalis. Semua sekolah gratis, berobat ke rumah sakit gratis, jalan gratis (tidak seperti TOL saat ini), dan menikah dibiayai oleh negara. Sistem inilah yang pernah menguasai dua per tiga dunia selama 13 abad lamanya, sistem yang dipakai adalah Islam yang dimana perundang-undangannya bersumber dari Al-Qur’an. Sehingga tujuannya bukan materi, tapi rida Ilahi. Sehingga sistem ini benar-benar berusaha menyejahterakan manusia dan memanusiakan manusia tanpa embel-embel keuntungan. Semuanya diatur dengan baik, tata kelola negaranya, pengolahan SDA, pengelolaan keuangan negaranya, pendidikannya, dan lain sebagainya. Negaralah yang mengatur segalanya, bukan memberikan modal saja. Kekuasaan adalah milik negara, semua akan tunduk pada pemilik kekuasaan, sehingga aturan dan sanksi adalah untuk kepentingan umat bukan untuk kepentingan pribadi atau kepentingan yang punya uang.

Jika sitem Islam sudah pernah membuktikannya, masihkah kita mengelak? Penerapan Islam secara keseluruhan adalah cara meng-install regulasi negara yang paling benar. Regulasi adalah buah dari regulator, jika regulator hanya berbicara tanpa bukti nyata, masihkah kita mau percaya? Islam menjadi rahmat untuk seluruh alam, menghapuskan kemiskinan, membuka kesempatan bagi semua kalangan, dan pastinya diberkahi oleh Sang Pencipta Alam. Sepatutnya sebagai pemikir ulung, percayalah pada yang punya bukti, jangan mau terperdaya oleh harapan palsu. Wallahualam bissawab.