Breaking News

Pesantren adalah Qudwah, Bukan Pengikut

Spread the love

Oleh. Rut Sri Wahyuningsih
(Institut Literasi dan Peradaban)

Muslimahtimes– Lama tak terdengar sepak terjangnya, Wakil Presiden Maruf Amin saat memberikan sambutan dalam silaturahmi dengan sejumlah organisasi Islam di Istana Wakil Presiden, Jakarta, mengingatkan agar Pesantren Berkembang sesuai tantangan zaman (KOMPAS.com, 9/8/2020).

“Sekarang pesantren ini harus diberikan warna khusus, warna yang sesuai dengan tantangannya,” kata Ma’ruf. Sebagai contoh kondisi pandemi Covid-19 yang kini tengah dihadapi oleh seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pesantren harus ikut turun tangan dalam menjaga keselamatan umat dari potensi bahaya yang mengancam. Juga perlu peningkatan kewaspadaan.

Ma’ ruf berpendapat bahwa sekalipun sudah banyak yang tahu jika Covid-19 mengancam nyawa, namun amaliyah (tindakan) yang banyak terjadi justru tidak sesuai dengan akidah. Dan sekarang bahaya yang dihadapi ditambah dengan bahaya ekonomi.

Entah apa yang dimaksud sesuai zaman dan tidak sesuai akidah. Yang jelas pesantren sejak awal didirikan adalah sebagai wujud kepedulian ulama terhadap pendidikan generasi yang mulai tak Islami. Sebab karakter pendidikan yang diijinkan pemerintah Belanda kala itu adalah sekuler, hanya fokus pada akademik.

Jika tak ada langkah praktis guna menyelamatkan generasi sudah barang tentu Islam akan tinggal nama, sebab generasi Islam yang seharusnya kenal bahkan mendedikasikan hidupnya demi agama telah hilang akibat kurikulum yang tak Islami yang makin menjauhkan dari benak mereka.

Jika kemudian diminta untuk mengikuti zaman, jelas hal yang demikian tidaklah mungkin terjadi. Pesantren adalah qudwah atau pemimpin, dari merekalah lahir generasi penyeimbang rusaknya zaman akibat sekulerisasi yang masih diserukan oleh musuh-musuh Islam baik dari kalangan kafir maupun dari orang Islam sendiri yang sudah terbeli idealismenya dengan pemahaman batil.

Masalahnya, pesantren hari ini tak semuanya bisa mempertahankan manhad pendidikannya murni syiar Islam, ada beberapa yang sudah pula terbeli oleh pemikiran selain Islam. Salah satunya dihadapkan pada dua bahaya, yang menurut Ma’ Ruf Amin adalah Covid-19 dan Ekonomi. Bahkan hingga disebut melenceng dari akidah.

Padahal sungguh, perkara Covid-19 dan ekonomi bukanlah perkara yang harus dipikirkan oleh pesantren. Apapun alasannya. Sebab ini adalah tugas negara. Negaralah yang menjamin penyelesaiannya, tanpa campur tangan individu maupun lembaga pendidikan. Dampak Covid-19 dan ekonomi memang bisa jadi menimpa pesantren pula, tapi tak bisa kemudian penyelesaian di bebankan kepada pesantren. Bisa disebut negara lalai . Dan ini sangat berbahaya.

Dan jika menginginkan sesuai akidah , pastinya Akidah Islam menyebutkan harusnya memiliki pemimpin yang kompeten dalam menyelasaikan persoalan umat, maka ia haruslah orang yang bertakwa yang takut diazab Allah jika menyelesaikan kasus atau persoalan umat namun solusi itu bukan dari Islam. Padahal jelas, hanya Islam yang mampu menyelesaikan seluruh persoalan hidup.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An Nahl: 90)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa setiap keadilan dan kebaikan pasti diperintahkan oleh syariat. Setiap kekejian dan kemungkaran terhadap Allah, setiap gangguan terhadap manusia baik berupa gangguan terhadap jiwa, harta, kehormatan, pasti dilarang oleh syariat.

Allah juga senantiasa mengingatkan hamba-Nya tentang kebaikan perintah-perintah syariat, manfaatnya dan memerintahkan menjalankannya. Allah juga senantiasa mengingatkan tentang keburukan hal-hal dilarang agama, kejelekannya, bahayanya dan melarang mereka terhadapnya. Wallahu a’ lam bish showab.

Leave a Reply

Your email address will not be published.