Breaking News

Wanita Penghulu Surga (Bagian ke-4) Asiah Istri Fir’aun

Spread the love

Oleh. Maya Ummu Azka
(Tim Redaksi Muslimahtimes.com)

Muslimahtimes.com– Wanita mulia ini Bernama Asiah binti Muhazim, istri Fir’aun, raja Mesir yang zalim dan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Tak banyak riwayat yang menceritakan kisah Asiah. Allah mengabadikan sebuah doa yang ia panjatkan dalam Al-Qur’an, “Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS. At Tahrim: 11)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, disebutkan bahwa keimanan Asiah terkait dengan kisah keimanan tukang sisir anak Fir’aun. “Abu Ja’far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi’ ibnu Anas, dari Abul Aliyah yang mengatakan bahwa imannya istri Fir’aun melalui iman istri bendahara Fir’aun (dalam riwayat lain disebutkan Masyithoh/tukang sisir, -penulis). Kisahnya bermula ketika istri bendahara duduk menyisiri rambut anak perempuan Fir’aun, lalu sisir yang digunakannya itu terjatuh, dan ia berkata, “Celakalah orang yang kafir kepada Allah.” Maka, anak perempuan Fir’aun bertanya kepadanya, “Apakah engkau punya Tuhan selain ayahku?” Istri bendahara menjawab, “Tuhanku, Tuhan ayahmu dan Tuhan segala sesuatu adalah Allah.” Maka anak perempuan Fir’aun menamparnya dan memukulnya, lalu ia melaporkan hal itu kepada ayahnya.

Fir’aun memerintahkan agar istri bendahara ditangkap, lalu ia menanyainya, “Apakah engkau menyembah Tuhan lain selain aku?” Istri bendahara menjawab, “Ya. Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan segala sesuatu adalah Allah, dan hanya kepada-Nya aku menyembah.” Lalu Fir’aun menyiksanya dengan mengikat kedua tangan dan kedua” kakinya pada pasak-pasak dan melepaskan ular-ular berbisa untuk mengerumuninya. Istri bendahara dalam keadaan demikian hingga pada suatu hari Fir’aun datang dan berkata, “Apakah kamu mau menghentikan keyakinanmu itu?” Tetapi istri bendahara itu justru menjawab, “Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan segala sesuatu adalah Allah.”

Fir’aun berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku akan menyembelih anak laki-lakimu yang terbesar di hadapanmu jika kamu tidak mau melakukan apa yang kuperintahkan.” Ia menjawab, “Laksanakanlah apa yang ingin engkau putuskan.” Akhirnya Fir’aun menyembelih anak laki-lakinya di hadapannya; dan sesungguhnya roh anak laki-lakinya menyampaikan berita gembira kepadanya dan mengatakan, “Hai Ibu, bergembiralah, sesungguhnya bagimu di sisi Allah ada pahala anu dan anu.” Akhirnya ia tetap bersabar dan teguh dalam menghadapi siksaan itu.

Di hari yang lain Fir’aun datang, lalu mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya, maka ia menjawabnya dengan kata-kata yang sama. Kemudian Fir’aun menyembelih lagi putranya yang lain di hadapannya. Dan roh putranya itu menyampaikan berita gembira pula kepada ibunya seraya berkata, “Hai Ibu, bersabarlah, karena sesungguhnya bagimu di sisi Allah ada pahala yang besar sekali.”

Ternyata istri Fir’aun mendengar pembicaraan roh kedua putra istri bendahara itu, akhirnya ia beriman. Lalu Allah mencabut nyawa istri bendahara Fir’aun itu dan menampakkan pahala dan kedudukannya serta kemuliaannya di sisi Allah di mata istrinya Fir’aun, sehingga keimanan istri Fir’aun bertambah kuat dan begitu pula keyakinannya.

Lalu Allah menampakkan keimanan istri Fir’aun kepada suaminya, maka Fir’aun berkata kepada para pemimpin kaumnya, “Bagaimanakah pengetahuan kalian tentang Asiah binti Muzahim?” Ternyata mereka memujinya. Maka Fir’aun berkata kepada mereka, “Sesungguhnya dia sekarang menyembah selainku.” Mereka berkata kepada Fir’aun, “Kalau begitu, bunuh saja dia.” Maka dibuatkanlah untuknya empat buah pasak, kemudian kedua tangan dan kaki Asiah diikatkan pada masing-masing pasak, lalu Asiah berdoa kepada Allah yang disitir oleh firman-Nya: Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga. (At-Tahrim: 11)

Fir’aun datang menyaksikan ucapannya itu, lalu Asiah tertawa ketika menyaksikan rumahnya di surga. Maka Fir’aun berkata, “Tidakkah kalian heran dengan kegilaannya ini. Sesungguhnya kita menyiksanya, sedangkan dia tertawa.” Maka Allah mencabut nyawa Asiah dan menempatkannya di dalam surga, semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepadanya.”

****
Asiah adalah sosok yang membujuk Fir’aun agar mengizinkannya mengasuh bayi Musa yang dihanyutkan di sungai Nil. Dibesarkannya Musa dengan kasih sayang dan perlindungan dari kekejaman Fir’aun hingga tumbuh menjadi pemuda yang cakap.

Meskipun hidup dalam lingkungan istana musuh Allah, Asiah tak sedikit pun silau dengan kemewahan dunia. Keberpihakannya pada kebenaran itu nyata. Sebagaimana saat menyaksikan Nabi Musa, sang anak angkat yang telah diutus menjadi nabi memenangkan pertarungan melawan para penyihir Fir’aun, ia menampakkan kegembiraannya.

Bayangkan, bagaimana dunia terasa sempit ketika harus berbagi hidup dengan sosok yang bertentangan keyakinan. Asiah senantiasa dihadapkan pada pilihan, mempertahankan iman atau luruh dengan keadaan. Namun, ia tetap menjaga teguh keimanannya hingga ajal menjemput.

Sebagai muslimah tentu kita berharap Allah pertemukan dengan lelaki salih yang akan membimbing kita menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun terkadang takdir berkata lain, pun seiring perjalanan berumah tangga bisa jadi suami kita tak sesuai harapan. Maka jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, jangan pula terjerumus ikut arus, tetaplah teguh dalam keimanan sebagaimana Asiah. Yang dengan keteguhannya itu ia dianugerahi gelar wanita penghulu surga.

Kita belajar dari Asiah, meskipun dikungkung oleh sistem kufur buatan Fir’aun, ia tak bergeser sejengkalpun dari keimanan. Seorang muslimah haruslah tegas menunjukkan keberpihakannya pada kebenaran Islam dan tak segan menentang kezaliman, meskipun untuk itu dia kehilangan kesenangan dunia. Dan semoga dengan keberpihakan itu, Allah akan membukakan pintu Jannah seluas-luasnya bagi kita, aamiin.

***
Banyak ibroh yang dapat kita petik dari kisah hidup keempat wanita penghulu surga, dengan keutamaannya masing-masing. Maryam binti Imron yang berjuang menjaga kesucian hatinya dari bisikan syahwat, dan tak menggubris setiap gunjingan manusia karena keyakinan kepada Robb-nya. Kemudian Sayyidah Fatimah binti Muhammad sebagai sosok anak yang berbakti pada orang tua dan takzim pada suami meskipun diterpa kesulitan ekonomi. Ada pula Sayyidah Khadijah, sosok istri yang cerdas dan menenangkan, sekaligus supporter terbesar bagi perjuangan suami. Serta Asiah binti Muhazin yang keimanannya teguh melebihi batu karang di tengah gelombang kekufuran.
Keempatnya pun memiliki kesamaan, sama-sama memiliki keimanan yang mentajasad kuat dalam diri, yang mendorong mereka untuk memperjuangkan kebenaran meski nyawa taruhannya. muslimah akhir zaman, siap meneladani mereka?
Wallahu a’lam