Breaking News

Kerudungmu Tak Mampu Halangi Jilatan Api Neraka

Spread the love

Oleh. Rut Sri Wahyuningsih
(Kontributor Muslimahtimes.com)

Muslimahtimes.com– Pagi itu saat mengantar sekolah, putriku memberitahu kalau nanti jemputnya agak lambat dari biasa, ada rapat jurnalis katanya. Persiapan acara orientasi dan sertijab kepengurusan baru besok. Namun, saya hafal betul gadisku ini suka mendadak memberitahu kapan pulangnya, padahal jarak rumah dari sekolah lumayan jauh. Sama sekali tak masuk batas zonasi. Maka, begitu selesai kajian, meski masih setengah jam dari jam pulang, saya tetap meluncur ke sekolah. ” Ah, lebih baik tunggu di sana saja, nanti cari tempat duduk di fasum dekat sekolah” kata saya dalam hati.

Dan, setengah celingak-celinguk saya menyusur jalan dengan sepeda motor mencari adakah tempat duduk yang kosong, maklum, saya bukan tipe mak-mak yang suka nongkrong dan hafal kafe-kafe. Terlihat di depan SMKN I ada dua anak lelaki berseragam sekolah sedang duduk dan ngobrol santai. Ah, berarti itu tempat umum, saya langsung belok kanan mengarah ke arah mereka berdua, saya lihat bangku beton di depan mereka kosong.

Setelah parkir sepeda, saya duduk. Kemudian membuka cemilan yang sempat saya beli untuk menemani kegabutan selama menunggu, tak berapa lama datanglah dua gadis remaja mengendarai beat pink keluaran terbaru ke arah dua remaja cowok itu. Melihat gerak tubuh, terlihat keempat anak itu sudah saling mengenal, bahkan sangat akrab. Cara menyentuhnya pun saya merasa mereka bukan kawan biasa.

Terus saya amati mereka berempat yang ngobrol dengan canda diselingi sentuhan-sentuhan yang membuat saya risih, pasalnya kedua remaja perempuan itu mengenakan kerudung. Selang beberapa lama, kedua cowok meninggalkan tempat. Sepertinya hendak salat. Tinggallah kedua cewek dan mereka terlihat sibuk berbenah, merapihkan riasan di depan cermin mungil yang mereka bawa, menyemprotkan parfum, merapihkan kerudung dan ya, memoles bibir mereka dengan lipbalm yang warnanya sedikit merona.

Ya Allah, ada rasa perih mengalir perlahan dalam hati, tahukah ibu mereka semua ini? Bagaimana jika balasan doa dan sujud malam wanita yang melahirkan mereka adalah berpacaran, padahal usia masih dikandung badan. Inilah yang seringkali mendera dalam hati saya, rasa takut apakah sudah cukup saya sebagai ibu memberikan bekal kepada anak-anak? Apakah yang saya teladankan kepada mereka akan diingat hingga akhir hayat? Dan apakah kami diizinkan untuk terus berkumpul sebagai keluarga? Jangan-jangan saya, ibu yang diseret ke neraka karena tak sukses memberi pendidikan kepada anak-anak. Astaghfirullah…

Bukti terpampang di depan mata, betapa berat beban orang tua hari ini. Kerudung yang digunakan gadis itu tak mampu mencegahnya mengikuti hawa nafsu untuk berpacaran, bahkan salatnya kedua cowok remaja itu tak mampu menahannya dari perbuatan keji. Menyentuh dan memacari gadis yang bukan mahram. Berapa kali sujud salat wajib agar bisa mengurangi dosa berpacaran? Bukankah banyak dalil yang menyatakan, bahwa keburukan akan menghabisi pahala baik?

Generasi muda hari ini memang telah berada pada zonasi mengkhawatirkan. Jika bukan bolos sekolah, tawuran pelajar, narkoba, seks bebas, pembunuhan, pencurian dan lain sebagainya. Tindak kriminal hari ini menunjukkan pelaku terbanyak justru dari kalangan pelajar. Godaan hedonisme pesohor negeri, iklan di media sosial telah benar-benar membutakan hati hingga tak takut lagi merampasnya dari orang lain atau membunuh jika ada penghalang.

Pendidikan negeri ini juga tak mampu mengikat hati agar lebih tawadu, sebaliknya malah makin tak beradab. Persis sebagaimana jawaban Nadiem Makarim, menteri pendidikan kita ketika sistem zonasi menuai protes, itu bukan program saya, saya hanya melanjutkan, itu program Pak Muhajdir. Lantas, apakah ini artinya setiap pemimpin harus punya program baru supaya dianggap bekerja? Padahal faktanya, meskipun baru tapi tetap saja mengekor kebijakan lama. Parahnya, hanya beda istilah dan akronim.

Allah Swt berfirman yang artinya, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (TQS an-Nisa:9).

Kita dilarang Allah meninggalkan generasi yang lemah, tak hanya lemah dalam gizi, pakaian, rumah dan keamanan, namun juga sebenarnya lemah dalam pemikiran. Sebab, pemikiran adalah kekayaan yang tiada batas. Manusia mungkin bisa mati, dunia bisa habis namun sesungguhnya pemikiran tetap hidup. Maka, pantaslah Allah Swt menetapkan taklif hukum setelah baligh, sebab saat itulah pemikiran seseorang sudah sempurna.

Inilah golden age sesungguhnya, bukan hanya pada masa batita atau balita, namun lebih tepatnya usia muda sesaat sesudah baligh. Sebab, saat itulah setiap pribadi mulai mempertanggungjawabkan setiap perilaku dan kata-katanya, malaikat mulai menghitung sebagaimana setan juga mulai mencari celah terjadinya kemaksiatan dari segala arah. Sayang , kita tidak sedang baik-baik saja, sebab tak ada support system yang kondusif yang bisa terus mengawal kita tetap berada di jalan ketaatan kepada Allah. Jadilah, pemandangan anak berpacaran begitu lazimnya sebagaimana yang terpampang di hadapan saya sore itu. Tak tergerakkah kita untuk mengadakan perubahan?