Breaking News

Antusias Revolusi Akhlak, Bukti Umat Rindu Syariat

Spread the love

 

Oleh: Hana Rahmawati
(Aktivis Literasi Muslimah Tangerang)

MuslimahTimes.com – Dinamika perpolitikan Indonesia memang selalu menarik untuk diikuti. Terlebih sejak Imam besar FPI, Habib Rizieq Shihab kembali ke Indonesia. Hal ini yang kemudian diramalkan oleh Lembaga Political and Public Policy Studies , Jerry Massie, bahwa Habib Rizieq diprediksi akan merapat ke Partai Ummat atau Partai Masyumi dan HRS tentu saja akan membawa para pendukungnya. Hal ini akan menjadi kekuatan baru bagi oposisi untuk menenggelamkan partai mainstream.

“Magnet politik HRS tidak bisa dianggap sepele lantaran massanya saya perkirakan akan bertambah.” kata Jerry kepada suara.com, Rabu 18/11/2020.

Meski Habib sendiri sudah mengatakan bahwa dirinya tidak akan merapat ke partai manapun, namun apa yang disampaikan oleh Jerry memanglah tidak berlebihan, mengingat jumlah simpatisan dan pendukung HRS yang tidak dapat lagi di bilang sedikit. Hal ini terbukti dan terlihat dari sambutan dan antusias umat yang begitu luar biasa, mulai dari penjemputan Habib Rizieq di Bandara Soetta hingga beliau tiba di kediamannya di daerah petamburan, Jakarta Barat.

Sekretaris Umum (Sekum) FPI Munarman menilai hal ini merupakan representasi simbol kerinduan umat akan keadilan. Hal itu ia nyatakan dalam bincang hangat di kanal youtube Fokus Khilafah Channel, Ahad 15/11/2020. Munarman juga menambahkan bahwa saat ini umat sedang mengalami ketidakadilan serta kedzaliman yang nyata. Maka momen kepulangan HRS yang kemudian disambut antusiasme masyarakat, seolah memberi angin segar bagi umat dan secercah harapan agar ketidakadilan serta kedzaliman yang terjadi segera berakhir.

Namun sayangnya, di sisi lain ada pihak-pihak yang merasa khawatir atas kehadiran HRS di tanah Air ini. Menurut Munarman, tentu saja pihak-pihak yang khawatir tersebut adalah mereka para pelaku kedzaliman itu sendiri.

“Pihak-pihak ini khawatir kalau ada HRS di tengah-tengah umat yang saat ini sedang merasa resah dengan ketidakadilan yang terjadi. Mereka mengkhawatirkan HRS bisa memimpin arah perjuangan umat ini untuk mendobrak kedzaliman itu. Untuk menegakkan keadilan itu.” Ungkap Munarman. (Media Umat.com, 16/11/2020).

Kedzaliman, ketidakadilan serta berbagai tindakan rezim yang dinilai tidak memihak kepada rakyat semakin jelas dirasakan. Kerinduan umat akan keadilan dalam kehidupan bernegara semakin menggebu. Terlebih sejak Habib Rizieq kembali dengan membawa gagasan revolusi akhlak.

TB. Abdurrahman Anwar Al-bantani SH,M.hum, dari majelis syuro’ DPP FPI menjabarkan apa itu revolusi akhlak. Beliau mengatakan, Revolusi Akhlak adalah proses percepatan perubahan sikap dan perilaku yang mendasar kepada akhlakul karimah atau akhlak mulia secara totalitas. Misal dari perilaku curang menjadi tidak curang, dari perilaku khianat menjadi amanat, dari korupsi menjadi tidak lagi korupsi. (Kaffah Channel, 16/11/2020).

Habib Rizieq sendiri mengatakan bahwa revolusi akhlak ini merupakan cerminan dari tindakan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Revolusi jenis ini menawarkan dialog, perdamaian serta rekonsiliasi. Tindakan jihad berupa perang ditempuh sebagai jalan terakhir jika upaya dialog tidak direspon oleh musuh.

Umat yang setuju pada revolusi akhlak tersebut, cukuplah menjadi bukti hari ini bahwa rezim telah membuat umat merasa jengah pada penerapan sistem yang berlaku sekarang. Makin hari, umat semakin merasa tertindas dan terdzalimi. Fakta-fakta mengenai kriminalisasi dan teror terhadap ulama serta aktivis dakwah terasa kian masif dilakukan dengan tujuan membungkam keadilan dan membiarkan kesewenangan merajalela. Berbagai kritikan yang dilontarkan dengan maksud mengingatkan sebuah rezim pun tak luput dari upaya pembungkaman, bahkan tidak sedikit pula yang berakhir dengan penangkapan. Umat yang merasa terus di perlakukan tidak selayaknya merasa butuh akan adanya perubahan-perubahan yang menghantarkan kepada kehidupan bernegara yang lebih baik dan lebih tenteram.

Mengubah tatanan kehidupan ke arah yang lebih baik, tentu saja tidak dapat hanya dengan merubah akhlak pada individu masing-masing orang. Namun, sistem yang menaungi atau menjadi acuan sebuah negara juga harus dipastikan merupakan sebuah sistem yang sempurna tanpa cacat. Sebab, tidak akan pernah tercipta kehidupan tenteram dan sentosa jika sistem aturan yang mengaturnya saja banyak tambal sulam dan kecacatan yang tidak bisa lagi di tolerir.

Sistem buatan manusia yang diterapkan hari ini nyatanya terbukti gagal melahirkan pemimpin dambaan umat. Untuk itu, harus ada sistem lain yang terbukti pernah menghantarkan umat pada kejayaan masa lampau. Agar kelak umat kembali merasakan kesejahteraan dan kelayakan hidup berbangsa dan bernegara. Itulah sistem Islam, sebuah sistem yang terlahir dari sebuah syariat yang mulia. Berpedoman pada Alqur’an dan hadits. Dua pegangan atau sandaran hidup manusia yang tidak memiliki celah kecacatan karena merupakan aturan yang datangnya langsung dari Pencipta.

Dari sistem Islam tersebut, kelak akan lahir para pemimpin yang memiliki rasa khouf (takut) mengenai hari penghisaban kelak di hadapan Allah dalam memimpin rakyatnya sendiri. Jelas pemimpin seperti ini tidak hanya membawa rakyatnya pada keselamatan di dunia tapi juga di akhirat. Dan revolusi akhlak akan menjadi bagian sebagai sebuah hasil dari pemberlakuan sistem kepemimpinan Islam, yang lahir dari keimanan kepada Allah semata.[]

Wallahua’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published.