Breaking News

Estafet Bisyarah Rasulullah Saw, Siapakah Al Fatih Selanjutnya?

Spread the love

Oleh: Neng RSN

 

Muslimahtimes– Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, Rasulullah Saw bersabda:

“Bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah saw untuk menulis, tiba-tiba beliau saw ditanya tentang kota manakah yang akan difutuh (dibebaskan) terlebih dahulu, apakah kota Konstantinopel atau kota Roma”. Rasulullah SAW menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel)”. (HR Ahmad)

Ini adalah sebuah bisyarah Rasulullah Saw, petunjuk dan kabar gembira bagi kaum Muslim bahwa dua pilar peradaban Barat pada waktu itu yang dijadikan simbol peradaban, yaitu: Kota Roma (Romawi Barat) dan Kota Konstantinopel (Romawi Timur) akan dibebaskan dan diberikan pada kaum Muslim.

Bisyarah adalah sebuah kabar gembira yang Allah Swt turunkan kepada umatnya, baik melalui Al-Qur’an ataupun ucapan Rasulullah saw. Bisyarah adalah perlambang janji Allah dan menjadi motivasi kaum Muslim selama berabad-abad lamanya, keyakinan akan janji Allah ini terhunjam kuat di dalam jiwa kaum Muslim dan menjadi harapan di tegah ketidakberdayaan, menjadi alarm dalam kekhilafan dan  sumber energi yang tidak terbatas sampai kapan pun juga. Keyakinan pada bisyarah inilah kaum Muslim berjuang dan menorehkan tinta emas dalam sejarah peradaban dunia.

Dan  ini menjadi pendongkrak semangat para sahabat dan kaum Muslim untuk melakukan futuhat (pembebasan) atas Konstantinopel. Tercatat dalam sejarah bahwa Abu Ayyub al-Anshari (44 H) pada masa Khalifah Yazid bin Muawiyyah bin Abu Sufyan adalah orang yang pertama kali ingin merealisasikan janji Allah tersebut, namun karena kondisi fisik beliau tidak mampu memenuhinya. Lalu Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (98 H) pada masa Kekhalifahan Umayyah, Khalifah Harun al-Rasyid (190 H) masa Kekhalifahan Abasiyyah, Sultan Beyazid I (796 H) dari Kesultanan Utsmani, Sultan Murad II (824 H) juga di masa Kesultanan Utsmani juga tercatat dalam usaha penaklukan Konstantinopel, tetapi Allah belum mengizinkan kaum Muslim memenangkan pertempuran itu. Butuh waktu 825 tahun, sebelum akhirnya di bawah kepemimpinan Sultan Mehmed II, Konstantinopel berhasil ditaklukkan dalam operasi pengepungan militer selama lebih dari 54 hari lamanya.

Keberhasilan Muhammad Al-Fatih tak luput dari kesalehan, keberanian, kesungguhan,  kemuliaan akhlak dan keyakinan akan pertolongan Allah Swt. Beliau seorang muslim yang taat beribadah, tidak pernah meninggalkan salat sunah tahajud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya. Dan hampir seluruh tentara Muhammad Al Fatih pun demikian. Dengan semangat jihad, pentingya memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah SWT menjadikan beliau dan para tentaranya berhasil mewujudkan cita-cita mereka, membebaskan Konstantiopel.

Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash, Rasulullah Saw bersabda:

“Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat amir (panglima perang) adalah amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya”. (HR Ahmad)

Inilah kekuatan keimanan, percaya pada janji Allah dan bisyarah rasul-Nya. Berkaca dari kisah heroik Muhammad Al Fatih, semestinya umat Islam dapat mengambil ibroh (pelajaran)  bukan sekadar membaca fakta dan data, tetapi meneladani semangat pengorbanan yang kemudian menjadi ruh kebangkitan umat Islam.

Adapun Ibroh yang dapat dijadikan ghirah perjuangan, antara lain:

Pertama, menjadi  pengingat bahwa ketika Islam diterapkan secara kaffah, umat Islam meraih kejayaan dan kemuliaan. Bahkan kebenaran dijunjung tinggi. Namun sebaliknya jika Islam tidak diterapkan secara kaffah dan tiadanya khalifah sebagai junnah (pelindung), lihatlah apa yang terjadi saat ini. Umat Islam hampir di seluruh penjuru dunia, seperti di Palestina, Suriah, muslim minoritas Uyghur, Kashmir dan lainnya mengalami  penderitaan, penghinaan, bahkan genosida.

Kedua, yakin akan terealisasinya tiga kabar gembira Rasulullah Saw lainnya sebagaimana telah terealisasinya kabar gembira pertama. Rasulullah Saw telah memberikan kabar gembira dengan penaklukan Konstantinopel, penaklukan Roma, kembalinya al-Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah, perang terhadap Yahudi dan kekalahan mereka secara telak akan terealisasi dengan izin Allah Swt. Namun, bukan berarti kita hanya berdiam diri tanpa ada action memantaskan diri. Berusaha merefleksikan diri menjadi muslim sejati yang taat, mempersiapkan kekuatan dan berjihad di jalan-Nya. Karena sunatullahnya adalah jika kita menolong agama Allah maka Nasrullah akan datang.

Allah Ta’ala berfirman:

Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, Dan kamu melihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat”. (Q.S. An-Nashr [110]: 1-3).

Ketiga, estafet perjuangan dakwah melanjutkan kehidupan Islam di bawah naungan khilafah. Meski jalan perjuangan itu  terjal, berliku-liku, penuh halangan dan rintangan. Seperti apa yang saat ini dialami oleh para pejuang Islam, mulai dari fitnah-fitnah keji, penangkapan, persekusi, dan sebagainya. Namun Insya Allah para pengemban dakwah tak gentar menghadapi kaum kafir  dan munafik. Karena yakin bahwa Allah ‘azza wa jalla tidak akan rida ketika musuh Islam berusaha memadamkan cahaya Islam dengan kebohongan lancangnya mulut mereka, makar-makar jahat yang terencana, ketahuilah sesungguhnya makar Allah lebih dahsyat. Allah Swt akan menyingkap makar dan melenyapkan tipu daya yang mereka embuskan.

Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Ali-Imran: 54)

Semoga dengan meneladani ghirah perjuangan Muhammad Al Fatih dalam merealisasikan bisyarah Rasulullah Saw, yakni membebaskan Konstantinopel. Akan lahir pemuda-pemuda pejuang Islam sebagai estafet bisyarah Rasulullah Saw lainnya, the next Al Fatih. Allahu Akbar!

Wallahu a’lam bi shawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published.