Breaking News

Jebakan Hutang Dan Pesona Natuna Yang Menggiurkan China

Spread the love

Oleh: Sherly Agustina M.Ag

(Member Revowriter Cilegon)

#MuslimahTimes — “Kesalahan politik fatal yang sering terjadi pada umat Islam adalah meminta bantuan asing dari negara-negara imperialis. Padahal meminta bantuan negara-negara imperialis dalam bentuk apapun merupakan bunuh diri politik. Bunuh diri yang menghancurkan umat Islam sendiri. Pengalaman panjang umat Islam menunjukkan hal itu.” (Farid Wajdi)

Dilansir oleh Warga Ekonomi.co.id, berdasarkan data statistik utang luar negeri Indonesia (SULNI) yang dirilis Bank Indonesia (BI) periode Agustus 2019, posisi ULN menurut pemberi kredit yang berasal dari China sebesar US$ 16,99 miliar atau setara dengan Rp 239,55 triliun (kurs Rp 14.100). Angka ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$ 16,93 miliar atau Rp 238,71 triliun.

Posisi ULN dari China menduduki posisi keempat. Pertama ditempati oleh utang luar negeri dari Singapura yang mencapai US$ 66,46 miliar, kemudian Jepang US$ 29,36 miliar lalu Amerika Serikat (AS) US$ 22,54 miliar. ULN Indonesia pada akhir Agustus 2019 tercatat sebesar US$ 393,5 miliar atau sebesar Rp 5.548,35 triliun. Ini adalah jumlah utang dari kombinasi swasta dan pemerintah.

Angka yang sangat fantastis dan prestasi yang sangat luar biasa. Bantuan ekonomi berupa utang luar negeri telah digunakan oleh Barat sebagai alat intervensi kepentingan mereka di dunia Islam. Sebagai negara penerima bantuan IMF dan Bank Dunia, Indonesia harus tunduk kepada kebijakan liberal yang digariskan oleh Barat. Meskipun hal itu berarti merampok harta negara dan menambah derita rakyat. Dengan utang luar negeri ini sebuah negara terus menerus bergantung kepada asing. Beban bunga utang yang semakin menjulang membuat Indonesia menjadi sapi perahan negara penjajah. Dengan bantuan politik ini, negara imperialis tetap bisa bisa mengontrol negeri-negeri Islam sesuai keinginannya.

Maka tak heran dengan apa yang dilakukan China di Natuna, saat armada kapal patroli Indonesia akhir pekan lalu berpatroli di ZEE perairan utara Kepulauan Natuna. Tiga kapal milik TNI Angkatan Laut, yaitu KRI Usman Harun-359 bersama KRI Jhon Lie-358 dan KRI Karel Satsuitubun-356 melakukan patroli pada Sabtu 11 Januari 2020.

Di lautan itu, mereka mendeteksi 49 kapal nelayan pukat asing yang diduga mengambil kekayaan dalam laut secara ilegal di ZEE Indonesia. Ternyata tidak hanya itu, kelompok patroli tersebut bertemu dengan enam kapal Coast Guard China dan satu kapal pengawas perikanan China. Bertemu dengan kelompok patroli TNI, kapal-kapal China itu bergeming. Mereka bahkan tampak “berbuat ulah”. Momen menegangkan terjadi saat Kapal Coast Guard China-5302 memotong haluan KRI Usman Harun-359 pada jarak 60 yards, atau sekitar 55 meter. Kendati cukup menegangkan, tidak ada laporan adanya insiden yang serius atas manuver kapal-kapal China itu. (DetikFinance, 19/10/19)

Padahal, Indonesia meratifikasi United Nations Covenant Law Of The Sea (UNCLOS). Dimana, di dalamnya diatur konvensi batas laut yang masuk wilayah Zona Ekonomi Eksklusif yang batasnya 200 mil dari pinggir pantai terjauh. Di wilayah ZEE ini, pada kasus perairan Natuna, tak boleh ada kapal asing yang mencari ikan di wilayah ZEE Indonesia. Apalagi, ada kapal yang merepresentasikan kedaulatan asing, kapal resmi milik negara asing yang masuk wilayah ini. Dalam hal ini kapal Ciaat Guard Cina yang bertengger di Natuna.

Di wilayah ZEE ini kapal asing hanya diperkenankan sekedar melintas untuk tujuan perjalanan, itupun harus dalam pengawasan dan pantauan negara pemilik wilayah ZEE. Kapal-kapal Cina yang masuk wilayah ZEE Indonesia di perairan Natuna bukan hanya mau melintas. Tetapi mencuri ikan. Terhadap hal ini kemenlu sudah mengajukan protes, Cina tidak mengelak telah memasuki wilayah ZEE Indonesia. Hanya saja Cina berdalih pada argument ‘Relevant Waters” dan “Nine Dash Line” yang kedua argument itu tidak diakui UNCLOS. Dan hal ini termasuk pelanggaran kerusakan terhadap eksistensi NKRI. (Cendekia Pos media)

Ada Apa di Natuna? Ternyata pesona Natuna begitu menggiurkan China, potensi yang dimiliki Natuna nyatanya banyak sekali. Siapapun yang mengetahui pesona dan potensi ini pasti ingin memilikinya termasuk China. Apalagi Indonesia memiliki hutang yang luar biasa banyak kepada China, maka China bisa leluasa melakukan apa saja yang dia inginkan. Indonesia? Tak berkutik.

Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Kabupaten ini terkenal dengan penghasil minyak dan gas. Cadangan minyak bumi Natuna diperkirakan mencapai 1. 400.386.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680.000. barel.

Pakar Hukum Laut Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, I Made Andi Arsana mafhum jika Cina tak berhenti mengklaim Natuna. Ia bilang kawasan itu memang kaya dengan potensi sumber daya alam.

Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Blok East Natuna mempunyai kandungan volume gas di tempat (Initial Gas in Place/IGIP) sebanyak 222 triliun kaki kubik (tcf), serta cadangan sebesar 46 tcf. Blok tersebut dikembangkan oleh Pertamina bersama ExxonMobil dan PTT Exploration and Production Plc (PTTEP) di dalam satu konsorsium. Tak hanya itu, Kementerian ESDM juga melirik potensi kandungan minyaknya. Potensi minyak di blok itu mencapai 36 juta barel minyak. Namun baru dimanfaatkan sekitar 25 ribu barel minyak (Tirto.id, 9/1/20)

Di samping itu kekayaan perikanannya luar biasa. Sektor perikanan Kabupaten Natuna tercatat memiliki produksi sebesar 88.888,27 ton pada tahun 2017. Sumbangan terbesar dari sektor perikanan laut yang mencakup 96,91% dari keseluruhan produksi. Pada tahun 2017, produksi perikanan laut sebesar 86.141,74 ton, budidaya laut sebesar 719,27 ton, budidaya air tawar sebesar 165,79 ton, dan budidaya rumput laut sebesar 1.861,47 ton. Kecamatan Bunguran Barat merupakan penyumbang produksi perikanan laut dan budidaya laut terbesar. Sekitar 32,93% perikanan laut berasal dari Kecamatan Bunguran Barat. Sementara itu, 45% budidaya air tawar dihasilkan oleh Kecamatan Bunguran Timur, dan 42,17% budidaya rumput laut dihasilkan oleh Kecamatan Pulau Tiga. Banyak sekali jenis ikan yaitu ikan pelagis kecil, ikan Demersal, Ikan Karang, Udang Penaeid, lobster, kepiting, rajingan, hingga cumi-cumi.

Selain itu, sebagai kabupaten kepulauan, Natuna memiliki sekitar 130 objek wisata. Sebagian besar merupakan objek wisata bahari dan situs bersejarah. Natuna memiliki 44 hotel/penginapan dengan total 514 kamar. Selain itu, terdapat 31 kedai kopi dan 34 rumah makan. Berikut adalah statistik objek wisata dan kunjungan wisatawan selama tahun 2017 di Kabupaten Natuna. Potensi lain yang tak bisa diabaikan adalah posisi Laut Natuna sebagai jalur perdagangan yang strategis—diperkirakan menjadi rute utama bagi sepertiga pelayaran dunia.

Namun, sikap Indonesia tak terlihat berwibawa. Sikap lunak Prabowo sebagai menteri Pertahanan terhadap intervensi kapal China di Natuna tak segarang saat paparan debat tentang kedaulatan negara Pilpres 2019. Prabowo mengatakan pemerintah akan menempuh jalan yang baik. Sikap dan ucapan Prabowo berkebalikan dengan sikap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Retno telah memanggil Dubes China di Jakarta untuk memberikan nota protes terhadap klaim Natuna yang telah diakui United Nations Convetion on the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982.

Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta menilai Prabowo melunak karena sadar kekuatan militer Indonesia tak sebanding dengan China. Situs Globalfirepower.com mencatat kekuatan militer Indonesia berada di peringkat 16 dunia. Indonesia memiliki personel militer sekitar 800 ribu orang. Terdiri dari 400 ribu personel aktif dan 400 ribu personel cadangan. Namun demikian, ada 108 juta penduduk yang siap perang jika keadaan mengharuskan.

Sementara China menjadi negara terkuat ketiga dengan memiliki 2,6 juta personel militer yang terdiri dari 2,1 juta aktif dan 510 ribu personel cadangan. Sebanyak 621 juta penduduknya siap perang jika kondisi mengharuskan. Belum lagi membandingkan alutsista kedua negara.

Memang kekuatan militer Cina lebih besar dari Indonesia, tapi setidaknya ada sikap tegas dari pemerintah bahwa tidak boleh ada yang mengancam kedaulatan negeri ini. Dan seharusnya disadari bahwa rivalnya sebuah negara hanya dengan negara lagi. Jika Cina sebuah negara yang berideologi maka rivalnya harus sebuah negara yang berideologi. Di sinilah umat Islam tak bisa lagi menghindar bahwa butuh negara adi daya yang menyatukan seluruh potensi umat Islam di seluruh dunia agar memiliki kekuatan, tidak mudah diinjak-injak dan memiliki harga diri atau bargaining position. Negara adi daya tersebut haruslah berdasar wahyu illahi yang diberkahi Allah Swt, tiada lain adalah khilafah.

Negara super power yaitu khilafah yang akan menebar rahmat kepada seluruh alam. Negara yang akan mengembalikan semua sesuai sunnatullah, bumi dan seluruh makhluk hanyalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Sehingga keberkahan yang akan dirasakan oleh seluruh alam. FirmanNya:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96)

Leave a Reply

Your email address will not be published.