Breaking News

Problem Jalan Rusak, Bermuara Pada Rusaknya Sistem!

Spread the love

Oleh: Novitasari
(Muslimah Brebes)

Muslimahtimes.com– Persoalan jalan rusak belakangan menjadi topik yang ramai diperbincangkan oleh warganet. Salah satunya viralnya sebuah unggahan dari akun TikTok Bima Yudha Saputro yang menyoroti perihal jalan yang rusak parah di Provinsi Lampung. (detikNews.com)

Tak hanya Lampung saja, kondisi jalan yang rusak parah ternyata tersebar ke seluruh Indonesia.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada November 2022 panjang jalan Indonesia pada 2021 mencapai 546.116 kilometer diluar tol. Jika dirinci menurut kondisi jalan, 42,6 persen atau 232.644 kilometer jalanan Indonesia dalam kondisi baik. 139.174 kilometer atau 25,49 persen dalam kondisi sedang. 87.454 kilometer atau 16,01 persen dalam kondisi rusak dan 86.844 kilometer atau 15,9 persen dalam kondisi rusak berat. (Kompas.com)

Jalan memang menjadi salah satu sarana prasarana yang sangat penting. Hal itu karena jalan menjadi sarana penghubung antarwilayah, dan juga jalan mampu mendukung perputaran ekonomi suatu daerah.
Sehingga apabila jalan mengalami kerusakan tentulah hal itu akan mengancam keselamatan pengguna jalan dan bahkan bisa menimbulkan kecelakaan.

Saat ini upaya perbaikan jalan terasa begitu lamban, padahal kerusakan jalan tersebut tidak hanya terjadi di satu daerah saja. Tidak aneh memang dalam dunia kapitalis ini, karena sistem ini lahir dari rahim sekularisme, yakni sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ini memaknai pelayanan kepada masyarakat sebagai sesuatu yang harus ada timbal baliknya, manfaat ataupun nilai materi.

Sehingga bisa diibaratkan jauh panggang dari api, untuk mengharapkan solusi atas segala problematika umat saat ini. Karena untuk mengatasi jalan yang rusak saja masih kerap meributkan siapa yang bertanggung jawab untuk mengatasinya? Apakah pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Padahal sering kita jumpai pengalokasian dana yang besar untuk sesuatu yang tidak urgent. Hal ini seolah membuat pemerintah abai untuk mengurusi kebutuhan rakyatnya.

Aturan dalam sistem kapitalisme memang dibuat sesuka hati oleh para pembuat kebijakan. Karena dalam sistem ini, untung rugi menjadi tolak ukurnya. Dan orang yang berkuasa serta memiliki harta yang punya kesempatan untuk bicara. Sehingga menjadi suatu kewajaran jika beban rakyat kian bertambah, tak kunjung mereda. Jauh berbeda ketika sistem Islam yang diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, Islam adalah agama yang Allah hadirkan bukan sekadar ibadah ritual saja, namun Islam memberikan solusi atas segala problematika manusia.

Sebagai agama yang sempurna, Islam pun mengatur perihal aspek kepemimpinan negara. Dimana negara akan mengurus segala urusan rakyat dan menjadi pelindung bagi mereka. Karena sistem Islam berbeda dengan sistem kerajaan, republik atau parlemen. Sistem Islam lahir dari hukum syarak, bukan lahir dari pemikiran manusia.

Dalam Islam pemimpin mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai raa’in dan junnah. Sistem ini telah terbukti membawa kesejahteraan dan kejayaan umat kurang lebih 13 abad lamanya. Rasulullah saw bersabda : “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya”. (HR.Bukhari)

Rasulullah saw juga bersabda: “Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, dimana orang-orang akan berperang dibelakang nya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan kekuasaannya”. (HR.Bukhari, Muslim, Ahmad)

Dalam Islam penguasa adalah penanggung jawab utama terpenuhinya sarana prasarana penghubung di dalam masyarakat, seperti jalan dan jembatan. Sebagai contoh pada saat Umar bin Khattab memimpin sebagai seorang Khalifah, beliau begitu sedih ketika mendengar kabar bahwa di Irak ada seekor keledai yang tergelincir lalu terjatuh ke jurang karena jalan yang dilewatinya rusak dan berlubang. Melihat kesedihan Khalifahnya membuat sang ajudan bertanya, “Wahai Amirul mukminin, bukankah yang mati hanya seekor keledai?” Dengan nada serius dan wajah menahan marah Umar bin Khattab berkata: “Apakah engkau sanggup menjawab dihadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah kau lakukan ketika memimpin rakyatmu?”

Lihatlah betapa khawatirnya Umar apabila ada hewan yang terluka. Apalagi dengan nyawa manusia?? Karena satu nyawa saja sangat berharga dalam Islam. Kita lihat bukankah korban yang terluka akibat kecelakaan di jalan yang rusak saat ini adalah manusia. Itulah sosok pemimpin hebat yang dilahirkan dari sistem Islam, Ia begitu serius memperhatikan keselamatan rakyatnya. Umar bin Khattab hebat bukan karena dirinya, tapi keislamannya dan sistem yang menaunginya, yaitu sistem Islam. Tidak seperti penguasa saat ini, yang rusak bukan hanya pribadinya tapi juga sistem yang menaunginya yaitu sistem kapitalisme sekularisme. Yang menjadikan manfaat dan materi sebagai landasan atas sebuah perbuatan. Sehingga penting bagi kita untuk tak hanya mencari sosok pemimpinnya saja, tetapi yang lebih utama ialah sistem apa yang akan digunakan untuk memimpin. Karena kedua hal itu tidak dapat terpisahkan dalam masalah kepemimpinan.

Daulah Islam pun akan cepat tanggap dalam merespons setiap kebutuhan masyarakat. Apabila suatu daerah kekurangan dana, maka akan dibantu dari daerah lain yang surplus. Dalam hal keuangan negara pun akan dikelola dengan sangat ketat, sehingga hal tersebut mampu mencegah penyalahgunaan dana. Sanksi tegas tak segan-segan untuk diberikan bagi siapapun yang melanggar dan menyalahgunakan amanah dan kekuasaannya dalam melayani masyarakat.

Sosok pemimpin dalam Islam tidak akan memikirkan diri sendiri dan keuntungan pribadi atau kelompok saja. Namun beliau (Khalifah) akan berpikir bagaimana caranya agar rakyat terlayani dengan baik, baik rakyat muslim atau non muslim, semua mendapatkan perlakuan yang sama. Kita lihat kehidupan saat ini sangat jauh dari nilai dan aturan Islam. Karena penguasa saat ini beranggapan kekuasaan itu adalah kesempatan untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dan kesempatan yang tak boleh disia-siakan.

Rasulullah saw bersabda:
“Jabatan (kedudukan) itu pada permulaannya penyesalan, pertengahannya kesengsaraan dan akhirnya adalah azab pada hari kiamat”. (HR.Ath-Thabrani)

Oleh sebab itu, satu-satunya solusi atas ketidakadilan dan ketidaksejahteraan umat saat ini adalah dengan diterapkannya kembali syariat Islam secara kaffah dalam setiap aspek kehidupan. Karena sudah jelas sistem Islam mampu mencetak tinta emas selama kurang lebih 13 abad lamanya. Wallahu alam