Breaking News

Rumah Ibadah Salah Apa?

Spread the love

Oleh : Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban

 

MuslimahTimes– Dikutip dari Lingkar Madiun, 30 September 2020, telah terjadi aksi vandalisme mencorat-coret menggunakan pilox dan menuliskan kalimat provokatif di dinding dan lantai Mushala Darussalam Perumahan Elok, Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, pada Selasa, 29 September 2020. Ini adalah kejadian ke sekian, dimana rumah ibadah menjadi sasaran kebencian oknum yang tak bertanggungjawab.

Kalimat yang tertulis diantaranya Saya Kafir, Saya anti Islam, Saya Anti Khilafah, Islam Tidak Diridhoi. Peristiwa itu pertama kali diketahui oleh Rifki Hermawan (16), saat itu ia hendak melafalkan adzan Ashar sekira pukul 15.30 wib. Tak hanya mushala yang penuh coretan, namun ia juga melihat sajadah digunting dan Al-Quran dicoret-coret.

Alhamdulillah, tak butuh waktu lama pelaku tindakan tak bertanggungjawab kini telah diamankan tak lama setelah kejadian, pemuda berusia 18 tahun berinisial S yang ternyata rumahnya hanya berjarak 50 m dari Mushala kini telah diamankan dan selanjutnya akan di dalami motif atas tindakannya. Hal ini dibenarkan oleh Kombes Pol Ade Ari Syam Indradi, Kapolresta Tangerang (armadiun.pikiran-rakyat.com,30/09/2020).

Diketahui identitas pelaku adalah beragama Islam,sungguh disayangkan , semuda itu usianya namun sudah berani melakukan tindakan tak bertanggungjwab. Hal ini memunculkan banyak pembuktian, pertama, ia adalah produk dari sistem pendidikan dinegeri ini yang gagal mencetak generasi yang berkualitas baik secara akademik maupun ruhiyah. Kurikulum yang disusun secara sekuler dengan perlahan mengurangi porsi pelajaran agama bahkan beberapa modul belajar telah membentuk manusia yang berjiwa kerdil, hanya melihat persoalan dari perspektif dirinya saja.

Lebih fatal lagi ia menjadi pihak yang membenci agama sendiri, lantas dimana keimanan yang terpancar dari akidahnya? Ini hanyalah salah satu akibat jika agama dianggap sebagai urusan pribadi saja. Padahal hilangnya takwa dan takut diawasi Allah adalah sekaligus indikasi rusaknya masyarakat dimana dia tinggal.

Kedua bukti bahwa amar makruf nahi mungkar tak bisa ditegakkan sendiri oleh masyarakat, namun butuh negara, kewajiban dakwah dan penyebaran Islam adalah salah satu yang diemban negara keseluruh penjuru bumi. Sebagaimana termaktub dalam TQS Al Anbiya: 107 yang artinya : “Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Artinya negaralah yang menjamin terterapkannya Islam seluruhnya hingga menjadi rahmat bagi seluruh alam. Perbuatan merusak fasilitas umum bukalah karakter kaum Muslim apalagi ini adalah rumah ibadah. Ia hanya berupa bangunan, apa kesalahannya hingga menjadi sasaran kebencian? Munculnya kebencian selain dari kurang baiknya pendidikan juga sekali lagi peran negara yang abai menjaga akidah umatnya. Semestinya negara bisa menghindarkan tontonan yang tak pantas, mengedukasi rakyat melalui media yang ada sehingga tersuasanakan keimanan serta kecintaan kepada Islam.

Ini fakta yang mengerikan, keberhasilan sekulerisme mencuci otak generasi Muslim makin membuat Islam bertambah buruk dimata para pembenci Islam, mereka tinggal menonton betapa Islam hancur di tangan pemeluknya. Bukankah ini keberhasilan yang nyata?maka kita harus mulai memunculkan kesadaran umum dimasyarakat bahwa upaya adu domba ini hanya salah satu pintu kaum kafir dalam menghancurkan Islam. Wallahu a’lam bishowab

Leave a Reply

Your email address will not be published.