Breaking News

Tanpa Agama Segala-Galanya Ambyar

Spread the love

Judul Asli : Everything is Fucked by Mark Manson

Judul Bahasa Indonesia : Segala-Galanya Ambyar
Penulis : Mark Manson
Alih Bahasa : Adinto F. Susanto
Penerbit : Grasindo
Jumlah halaman : 346 halaman
Cetakan : ke-2
Tahun Terbit : Februari 2020
Peresensi: Asy Syifa Ummu Sidiq

MuslimahTimes.com – Buku Everything is F*cked atau Segala-Galanya Ambyar adalah buku yang bicara tentang harapan. Penulisnya adalah Mark Manson. Buku yang ditulis tahun 2019 ini bercerita tentang harapan menemukan kebahagiaan. Berawal dari perasaan kecewa atas penerapan kapitalisme. Ia berusaha menemukan secercah harapan. Meskipun pada akhirnya ia tak menemukan kesempurnaan yang dapat membawanya menuju bahagia.

Dalam buku ini, Manson mengajak kita untuk bahagia. Karena bahagia itu sederhana. Orang dapat merasakan bahagia jika memiliki harapan. Harapan akan apapun. Harapan akan membuat seseorang pantang menyerah. Hidupnya pun akan terasa bergairah.

Masalah yang dihadapi saat ingin meraih harapan bukan sesuatu yang besar. Karena Marson yakin setiap harapan akan mendapatkan rintangan untuk mencapainya. Jadi rintangan atau masalah yang datang bertubi-tubi tak berarti memberitahu kita bahwa dunia akan kiamat. Selama harapan itu tetap ada, hidup akan terus terasa bahagia.

Seperti halnya Plecki yang dicontohkan oleh Mark Manson, seorang tahanan di penjara Polandia, yang disiksa dan akhirnya dihukum mati. Namun, tak ada ketakutan dalam dirinya, bahkan ia merasa senang atas hukuman mati itu. Karena ia yakin pengorbanannya tak sia-sia. Perjuangan kemerdekaan Polandia dari Hitler dan Stalin akan segera berakhir. Itulah gambaran harapan yang dimaksud Manson. Selama harapan masih ada, seseorang akan berani melawan badai siksaan dan kesulitan.

//Merawat Harapan//

Manson kemudian melanjutkan, untuk mencapai harapan tadi diperlukan tiga hal. Pertama, kesadaran akan kendali. Menurutnya seorang manusia harus memiliki pengendali dalam hidupnya. Dengan pengendali ini ia akan mampu mengukur segala aktivitas untuk meraih harapannya.

Bagi seorang Muslim, kesadaran atas kendali ini disebut dengan ruh. Seorang Muslim memiliki ruh apabila ia mampu menyadari hubungannya dengan Allah, yaitu Pencipta seluruh alam. Ruh akan mengendalikan seorang Muslim untuk mengatur aktivitasnya agar ketika ia berusaha memenuhi harapan tidak melanggar rambu-rambu hukum syara’.

Kedua, kepercayaan akan nilai. Menurut Manson kepercayaan ini akan membuat orang semangat untuk meraih tujuan. Nilai adalah tujuan yang jelas, yang ingin diraih oleh seseorang. Maka, bagi seorang Muslim nilai yang dimaksud adalah empat nilai yang ingin langsung dirasakan manfaatnya ketika melakukan aktivitas. Di antaranya nilai insaniyah/kemanusian, nilai akhlakiyah/akhlak, nilai ruhiyah dan nilai materi/madiyah.

Ketiga, komunitas. Menurut Manson komunitas adalah bagian penting dalam merawat harapan. Komunitas yang memiliki visi misi yang sama akan menjaga setiap individu memiliki harapan. Kalaupun ada individu yang tiba-tiba hilang harapan, komunitasnya akan mengingatkan. Sehingga individu tersebut akan kembali memiliki harapannya.

Bagi Muslim keberadaanya pada komunitas tentu sangat penting. Komunitas yang sadar akan tujuan mereka diciptakan, memiliki visi misi yang sama, akan menjaga seorang Muslim untuk taat pada Sang Pencipta. Jika ada Muslim yang melenceng, ia akan segera diingatkan.

Tapi memang merawat harapan tentu tak semudah membalik telapak tangan. Karena harapan yang tinggi akan mewujudkan sebuah perubahan yang besar. Seperti Plecki yang memiliki harapan tinggi atas kemerdekaan Polandia. Akhirnya setelah berapa lama, harapan itu terwujud juga. Itulah perubahan yang akan terjadi ketika lahir manusia-manusia yang penuh harap. Bukan manusia yang putus asa dengan kehidupannya.

Berbicara perubahan, umat Muslim telah diberikan janji. Bahwa perubahan tidak akan pernah terjadi jika kita diam. Perubahan hanya terjadi di saat kita berusaha mewujudkannya.

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra’d : 11)

//Perubahan Butuh Agama yang Sempurna//

Bagi Manson, perubahan hanya akan terwujud jika harapan mampu bertahan. Pertahanan akan harapan akan kuat manakala nilai-nilai yang diyakini tak akan goyah. Sayangnya, kebanyakan manusia tak mampu mempertahankannya. Nilai yang diyakini tak mampu bertahan lama. Maka, manusia akan cenderung mencari nilai lain.

Agama menurut Manson sangat terikat dengan nilai tersebut. Agama adalah sebuah keyakinan. Dengannya manusia mampu bertahan. Bagi Manson, sebuah nilai akan kuat jika agama mampu memenuhi tiga syarat.

Pertama, sebagai agama spiritualitas. Manson menjelaskan agama spiritualitas ini akan membuat seseorang memiliki harapan yang kuat. Agama yang mampu bertahan berabad-abad. Membuat manusia memiliki keyakinan rela mati demi agamanya. Namun, jika seseorang menemukan keraguan atas agamanya, ia akan mencari agama lain atau membuat agama baru. Sayangnya Manson hanya mencontohkan agama-agama di Eropa atau Amerika. Ia tak menyinggung agama Islam.

Kedua, Agama ideologis. Bagi Manson agama spiritual saja tak akan mampu mempertahankan harapan. Selain agama spiritual, Manson berpendapat juga butuh agama ideologis. Dimana dengan agama ideologis ini akan mampu membangun harapan bisa terealisasi. Secara praktis agama ideologi ini mampu melahirkan sebuah peradaban yang baru. Lagi-lagi Manson hanya mencontohkan agama ideologis seperti kapitalisme dan komunisme. Manson sendiri menilai kedua agama ideologis tersebut tak mampu memberikan harapan yang baik. Andai Manson mengenal Islam, ia akan tahu bahwa Islam tak sekadar agama.

Ketiga, agama interpersonal adalah agama yang mengajarkan agar manusia bersikap baik dengan sesamanya. Agama ini mengajarkan agar manusia memiliki harapan bahwa orang lain suatu saat akan menolong jika kita mau memberikan pertolongan pada yang lainnya. Jadi ingat bagaimana Islam mengajarkan untuk tolong-menolong.

“Barangsiapa yang membantu seorang Muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat. ” (HR. Muslim)

Jika direnungkan ternyata Islam masuk dalam tiga syarat agama yang dapat mempertahankan harapan. Islam bukan sekadar agama spiritualitas yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhannya. Tapi Islam adalah deen yang memiliki sistem aturan sempurna. Islam juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Islam juga memiliki aturan sistem yang mengatur hubungan manusia dengan yang lain. Maknanya Islam juga sebagai agama ideologis dan agama interpersonal. Sayangnya Manson tak menjelaskan Islam dalam bukunya. Sehingga pada kesimpulan buku ini ia menulis bahwa tak ada satu agama di dunia ini yang mampu memberikan kebahagiaan hakiki.

//Tanpa Agama Semua Hanya Transaksional//

Di poin terakhir pembahasan buku ini, Manson menceritakan bahwa ada satu hal yang dapat menghancurkan nilai-nilai dan harapan, yaitu transaksional. Ya… untuk mempertahankan sebuah nilai, seseorang perlu memiliki prinsip. Sayangnya prinsip itu akan hancur jika terjadi transaksi-transaksi di sekitarnya.

Jika sebuah agama dijadikan ajang transaksi atau kompromi, suatu saat penganutnya akan kecewa. Karena agama tersebut hanya dipakai untuk kompromi saja. Begitu pula ideologi, kapitalisme dan komunisme telah menjadikan teori transaksional sebagai pegangan. Walhasil para pemerintahan hanya dikuasai para kapital. Hingga akhirnya jurang pemisah antar kaya dan miskin semakin menganga. Ketidakadilan pun ada di mana-mana.

Begitu pula dengan demokrasi. Manson menilai di negeri pengusung demokrasi kini menjadikannya hanya sebuah transaksi saja. Aturan yang dibuat dilakukan dengan transaksional demi kepentingan segelintir orang. Bagaimana dengan negara pengikut lainnya? Bisa jadi keadaannya pun sama.

Teori transaksional ini menguatkan dugaan Manson bahwa tak ada agama tanpa transaksi. Semuanya sama, baik agama spiritual, ideologis maupun interpersonal. Oleh karena itu Manson memilih membuat agama sendiri. Andai Manson mau berpikir lebih dalam lagi hingga berfikir cemerlang, bisa jadi ia akan seperti UFS, yang menemukan keimanan setelah menjalani pencarian dan perenungan. Wallahu’alam.

Leave a Reply

Your email address will not be published.