Breaking News

ADA MASANYA ANAK AKAN MENCERNA

Spread the love

 

*ADA MASANYA ANAK AKAN MENCERNA*

Oleh : Dwi Rumiati S.Pd
(Pendidik, pemerhati tumbuh kembang anak)

Muslimahtimes – Pernah mengalami anak ketika dinasehati, diajak komunikasi baik-baik tetap tidak mau menuruti apa kata ayah bundanya? Tentu pernah ya. Itu artinya anak adalah manusia bukan robot, anak punya pemikiran dan juga punya keinginan-keinginan yang lahir dari tuntutan pemuasan kebutuhan fisik dan naluri. Maka dari sinilah potensi tidak penurut itu muncul dan bagi anak-anak hal tersebut biasa terjadi.

Katakanlah Farhan (11 th), belum bisa mengamalkan nasehat bundanya agar minta izin dulu jika ingin bermain ke luar rumah dan jangan jauh-jauh, terkadang izin dan terkadang tidak. Dalam benak Farhan selalu terbayang kalau meminta izin pastinya tidak boleh apalagi kalau dikasih tahu ke tempat yang lebih jauh, sementara dalam pertimbangannya dia akan baik-baik saja dalam bermain dan sudah berkali-kali meyakinkan bundanya bahwa bunda tidak perlu merasa terlalu khawatir, insya Allah Farhan bisa menjaga diri dan tidak akan bermaksiat pada Allah swt.

Sang bunda yang sangat besar ketakutannya akan terjadinya kejahatan anak, sejatinya berupaya menepis karena ia sangat takut prsangka buruknya tersebut benar-benar terjadi, itu artinya ia tidak berprasangka baik pada Allah Swt, jadilah untaian doa-doa keselamatan dan perlindungan dari Allah Swt mengiringi Farhan bermain. Sebab Allah lah sebaik-baik perlindungan disaat ananda memiliki keputusan sendiri dan mencari sesuatu untuk menguji nalarnya dan mematangkan pemikirannya serta menata emosionalnya. Perlukan ayah bunda memarahi ?

Sepertinya kemarahan hanya membangkitkan ego perlawanannya, tidak begitu berguna karena berbeda pertimbangan. Semua itu hanya akan membuat Farhan semakin tinggi pembangkangannya dan hendak membuktikan bahwa dia bukan anak-anak lagi. Sementara bundanya belumlah menganggapnya dewasa, inilah yang disebut usia remaja. Agaknya disinilah diperlukan fokus pada potensi anak bukan fokus pada “kesalahan-kesalahan” versi orang tua.

Menginstal tsaqafah Islam pada akal anak tentang kejujuran, betapa kebohongan itu sumber kejahatan, senantiasa dalam pengawasan Allah swt, setiap amal dimintai pertanggungjawaban berikut dalil-dalil yang bersumber pada Alquran dan Sunnah sungguh benar-benar harus dilakukan.

Komunikasi penuh senyuman tanpa menuduh-nuduh dan memberi cap negatif sungguh sangat membantu keterbukaan antara orang tua dan anak. Anak akan bercerita pengalaman bermainnya dan dengan siapa dia bermaian berikut menyebutkan nama-nama temannya beserta sifat-sifat mereka.

Berilah ruang komunikasi itu sehabis bermain, mandi dan shalat, berbicaralah berdua saja atau disertai saudaranya yang lain untuk menghunjamkan aqidah Islam dan keterikatan ananda pada hukum-hukum Allah dengan segala konsekuensi jika melanggarnya. Dengan demikian segenap upaya dan proses sudah dilakukan.

Jika setelah itu ananda berubah dengan mengurangi bermainnya dan memperbaiki kesalahan-kesalahannya dalam disiplin dan izin maka bersyukurlah pada Allah dan tetap dijaga suasana keimanannya.

Namun jika yang terjadi sebaliknya anak belum ada perubahan maka jangan bosan menderaskan kembali aqliyyah islamiyyah dan nafsiyyah islamiyyah ananda hingga ia benar-benar berubah seiring pencernaannya pada tsaqafah Islam tadi. Insya Allah ada masanya ananda akan mengingat sebuah sejarah instalisasi tsaqafah islam tersebut, insya Allah ada masanya ananda mencernanya, kelak tidak pernah ia lupakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.