Breaking News

Bullying Never Ending

Spread the love

Oleh. Tri Silvia
(Pemerhati Masyarakat)

Muslimahtimes.com– Tak pernah ada habisnya. Mungkin kata-kata tersebut yang pantas untuk dikatakan tentang aksi bullying di Indonesia. Ya, aksi bullying kembali terjadi. Kali ini menimpa salah seorang siswa dari sekolah swasta yang cukup elit di Tangerang Selatan. Katakan saja Binus. Tak hanya nama sekolah yang membuat aksi bullying kali ini menjadi viral dan diperbincangkan banyak orang. Salah satu personil geng yang diduga melakukan aksi tersebut merupakan anak dari artis terkenal saat ini.

Secara jujur, aksi bullying tersebut bukanlah yang pertama. Melainkan sudah berkali-kali terjadi di negeri ini. Dan selama itu, tak pernah ada solusi mutakhir untuk menghentikan. Apalagi untuk mencegah dan menciptakan lingkungan kondusif anti-bullying bagi seluruh anggota masyarakat, terutama anak-anak.

Alih-alih menciptakan lingkungan yang kondusif, kualitas remaja hari ini makin buruk dari hari ke hari. Kenakalan yang mereka lakukan pun bukan sekedar pelanggaran yang biasa terjadi di lingkungan sekolah, semisal bolos ataupun perundungan. Kenakalan mereka sudah lebih dari itu, bahkan terkadang melebihi apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Dan parahnya lagi, mereka selalu berhasil berlindung di belakang aturan tentang ‘anak di bawah umur’.

Publik pasti masih ingat tentang anak SMK yang viral membunuh satu keluarga di wilayah Penajam Paser Utara (PPU). Membunuh 5 orang dan memperkosa anak serta ibu korban pembunuhannya. Sungguh di luar nalar. Seorang anak SMK yang notabene disebutkan masih di bawah umur (belum 17 tahun) melakukan kejahatan selayaknya orang dewasa, bahkan lebih parah. Atau beberapa kasus lainnya, yang endingnya tidak pernah diproses hukum secara penuh sebab terganjal usia mereka yang ‘masih di bawah umur’.

Ada banyak sekali faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini, diantaranya sebab gagalnya orang tua dalam mendidik, kurangnya adab dan kedisiplinan yang ditanamkan di sekolah, lingkungan yang buruk, tontonan yang penuh dengan aksi sadisme dan kekerasan, tuntutan eksistensi diri, dan lain sebagainya.

Semua hal tersebut terbangun sebab adanya sistem yang mendukung. Apalagi kalau bukan sistem kapitalisme yang masih dipakai saat ini. Sistem tersebut menciptakan manusia-manusia niradab. Tidak tahu aturan halal-haram, apalagi tentang perintah dan larangan Allah. Aturan agama jauh terpisah dengan kehidupan, dalam sistem ini. Mereka hanya pedulikan materi dan kekuasaan.

Dengan semua hal tersebut, maka terciptanya seorang monster dalam sistem ini bukanlah hal yang mustahil. Terciptanya manusia-manusia tak berperikemanusiaan akan tercipta demi mendapatkan materi dan keuntungan. Mereka tak mengenal ikatan saudara sedarah, apalagi akidah. Mereka tak segan-segan untuk menyingkirkan bahkan menghilangkan orang ataupun hal-hal yang menghalangi mereka dalam mendapatkan materi ataupun eksistensi (untuk para remaja).

Sungguh amat berbeda dengan Islam yang senantiasa mengedepankan kasih sayang pada sesama makhluk Allah. Hal ini bisa tampak dengan jelas jika kita melihat Asmaul Husna, yang dua diantaranya adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Selain itu, ada banyak dalil pula yang memerintahkan untuk saling menyayangi kepada sesama, terutama bagi sesama umat Islam.

“Barangsiapa yang tidak menyayangi, niscaya ia tidak akan disayangi.” (HR Al-Bukhari No. 328, dalam Kitab Al-Tayamum)

“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari Muslim)

Selain itu, Allah pun amat sangat menjaga nyawa manusia, baik sesama Muslim maupun nonmuslim. Hal tersebut tampak dalam ayat di bawah ini yang artinya,
“…barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka dia seakan-akan telah membunuh seluruh manusia. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya… ” (QS. Al-Maidah : 32)

Tak hanya membunuh, Islam pun melarang umatnya untuk saling melukai. Bukan hanya melarang, Allah pun telah menyiapkan sanksi yang setimpal bagi para pelakunya.
“… Nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qisas-nya (balasan yang sama). Barangsiapa melepaskan (hak qisas)nya, maka itu (menjadi) penebus dosa baginya… ” (QS. Al-Maidah : 45)

Islam akan menghapuskan segala konten tontonan yang tidak mendidik, mengandung konten pornografi dan pornoaksi, aksi sadisme dan kekerasan. Semuanya akan difilter sesuai dengan hukum syara’ yang berlaku. Meninggalkan konten-konten pendidikan, adab serta sosialisasi tentang aturan-aturan Islam.

Dan yang terakhir, materi, kekuasaan serta eksistensi dalam Islam sungguh amat tidak bermanfaat. Sebab, Allah sampaikan dalam Al-Qur’an bahwa semua manusia itu sama dihadapan-Nya, kecuali orang-orang yang bertakwa. Yang senantiasa mematuhi segala perintah dan menjauhi seluruh larangan-Nya.

Dalam dunia Islam, memiliki materi yang banyak tentunya bukan hal yang dilarang. Ada banyak para sahabat yang memiliki harta melimpah, namun seluruh harta tersebut tidak membuat mereka sombong. Bahkan sebaliknya, mereka justru berlomba-lomba untuk membelanjakan harta benda mereka untuk Islam.

Islam pun tidak melarang umatnya untuk memiliki kekuasaan. Asalkan, kekuasaan tersebut digunakan untuk kebaikan umat, yakni dengan menerapkan Islam secara keseluruhan dalam tata aturan legal dalam pemerintahan. Begitupun eksistensi, eksistensi yang merupakan buah dari sikap dan perilaku manusia akan muncul dengan sendirinya. Tanpa perlu dicari-cari, dan dimintai pengakuan atasnya.

Alhasil, tiga hal yang seringkali dicari dalam sistem kapitalisme (materi, kekuasaan dan eksistensi) bukanlah hal yang istimewa dalam Islam. Sebab semuanya memiliki konsekuensi dan akan dimintai pertanggung jawaban di yaumil akhir nanti. Oleh karena itu, tak ada yang bisa dibanggakan dengan pencapaian tiga hal tadi, kecuali jika diiringi dengan ketakwaan kepada Sang Pencipta, Allah Swt.

“… Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa… ” (QS. Al-Hujurat : 13)

Dengan seluruh pemaparan di atas maka jelas bagi kita, bahwa segala bullying yang terjadi merupakan akibat diterapkannya sistem kapitalisme dalam kehidupan. Dan tak ada satupun solusi mutakhir, yang mampu menyelesaikan segala masalah bullying ini kecuali dengan Islam. Diterapkannya Islam akan menjadi jalan utama untuk menghilangkan aksi bullying dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi seluruh masyarakat, terutama anak-anak dan para pelajar.

Wallahu A’lam bis Shawwab