Breaking News

Harga Beras Meroket, Rakyat Kaget

Spread the love

Oleh. Choirin Fitri

(Kontributor Muslimahtimes.com)

Muslimahtimes.com–Tak ada satu pun warga negeri ini mau mengingkari kalau beras adalah kebutuhan makanan pokok yang tak tergantikan. Mau makan apa pun, kalau belum makan nasi kebanyakan orang menyatakan belum makan. Betul ya?

Lagi-lagi rakyat dibuat terperangah dengan harga berat yang meroket. Dari hasil mengulik berita di bisnis.com didapati fakta bahwa dilansir berdasarkan data panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sabtu (9/3/2024) pukul 09.47 WIB harga beras premium naik 1,34% menjadi Rp16.630 per kg dan beras medium naik 0,49% menjadi Rp14.420 per kg.

Harga beras hari ini masih jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Adapun, HET beras premiun yakni Rp13.900-Rp14.800 per kg dan harga beras mediun sebesar Rp10.900-Rp11.800 per kg.

Bagaimana dengan di daerahmu? Samakah atau mungkin jauh lebih mahal?

Ada kalimat yang terkenal di kalangan kaum papa, “Yang penting makan, meski hanya dengan nasi dan garam tanpa lauknya.”

Pertanyaannya, masihkah kalimat ini ampuh digunakan saat ini ketika harga beras abnormal? Tentu hal ini membuat rakyat papa semakin sengsara.

Tak ayal jika untuk bertahan hidup, rakyat harus pandai-pandai mencari bahan pangan murah. Di mana pun ada informasi bagi-bagi beras subsidi, pasti akan didatangi dan rela antre. Mereka pun rela meninggalkan pekerjaan mencari sesuap nasi demi nasi. Miris bukan?

Negeri ini dikenal negeri agraris. Bahkan, di pelajaran sains SD, anak-anak telah diajarkan bahwa negeri ini adalah negeri pertanian. Sehingga, alangkah anehnya jika untuk memenuhi kebutuhan pangan utama, rakyat harus sekarat.

Jika tak makan nasi, lalu makan apa? Apa iya harus berganti makan singkong, ubi, jagung, atau yang lainnya? Jelas ini bukan solusi.

Ditambah lagi, datangnya bulan Ramadan bisa dihitung dengan jari. Tak lama lagi kaum muslimin, agama terbesar di negeri ini memasuki bulan mulia yang ditunggu-tunggu. Sayangnya, telah dikenal sejak lama, saat Ramadan tiba, harga-harga mahal ikut tiba. Tak ayal jika rakyat pun dibuat kelimpungan antara memaksimalkan ibadah ataukah memaksimalkan kerja demi sesuap nasi.

Tak ayal jika negeri yang kaya raya berlimpah SDA ini tidak menjamin rakyatnya bisa hidup sejahtera dan bahagia. Perubahan ke arah lebih baik yang didambakan belum mampu bisa terwujud. Lalu, pada siapa rakyat hendak mengadukan keadaannya? Pada para punggawa negeri yang sibuk berebut kursi atau siapa?

Mau tidak mau, jika pukulan berat terasa akibat kenaikan berbagai harga bahan pangan, semestinya rakyat kembali pada pengaturan yang benar, yakni sistem Islam. Mengapa harus kembali pada sistem Islam?

Setidaknya ada beberapa alasan, yakni:

Pertama, sistem sekularisme kapitalisme yang bercokol di negeri ini membuat rakyat diatur tanpa aturan Allah. Akibatnya, semua aturan mulai bangun tidur sampai bangun negara diatur dengan aturan buatan manusia yang lemah dan sering menimbulkan prahara. Alhasil, ideologi ini malah membawa rakyat pada kehancuran bukan kemakmuran.

Kedua, Islam sebagai sebuah agama tak hanya cukup diterapkan dari sisi ritual belaka. Islam adalah sebuah ideologi yang terpancar dari ya aturan-aturan yang jelas-jelas berasal dari Allah sebagai Pencipta dan Pengatur. Aturan dari Zat Pencipta ini tentu aturan terbaik untuk yang diciptakan-Nya, yakni manusia, kehidupan, dan alam semesta. Aturan inilah yang membuat kehidupan manusia mulia, sejahtera, dan bahagia.

Ketiga, Islam memiliki sistem terbaik dalam hal pangan. Mulai dari produksi, distribusi, hingga konsumsi diatur dengan baik tanpa cela. Jika sistem pangan ini diterapkan oleh negara, dijamin rakyat tidak bakal sengsara.

Hal ini telah terbukti sejak Rasulullah saw. sebagai kepala negara di Madinah hingga berganti kepemimpinan oleh para khulafaur rasyidin dan khalifah-khalifah selanjutnya kebutuhan pokok rakyat terpenuhi dengan baik. Silakan baca sirah jika ingin tahu bagaimana penerapan kebijakan pangan negara Islam di era mereka!

Selanjutnya, pilihan kembali ada di tangan kita. Apakah kita akan terus diam berpangku tangan melihat kezaliman sistem hari ini yang membuat rakyat semakin sekarat? Ataukah, kita akan bergerak melakukan satu perubahan dengan memilih memperjuangkan tegaknya sistem Islam demi terwujudnya rakyat bermartabat?