Breaking News

Kenaikan Harga Pangan Terus Berulang, Rakyat Kelimpungan

Spread the love

Oleh. Novitasari

(Muslimah Brebes)

Muslimahtimes.com–Harga bahan pangan terus melonjak naik menjelang bulan Ramadan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan harga komoditas pangan akan mengalami inflasi pada bulan Ramadan mendatang. Hal ini bagaikan rutinitas yang terus di alami dari tahun ke tahun.

Selain beras yang terus melonjak naik, beberapa bahan pangan pun turut serta merangkak naik seperti telur, cabai, minyak bahkan gula pasir. Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menuturkan bahwa apabila beras ikut meningkat akibat penurunan produksi dan masuknya kemarau, maka dapat berpotensi semakin mendorong inflasi secara umum,”

Dengan adanya fakta ini kian menambah berat beban masyarakat. Karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja tentu masyarakat harus bekerja ekstra. Bukankah masyarakat mencari uang bukan hanya sekedar biaya untuk bertahan hidup? Tapi juga untuk menanggung beban lain seperti kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, keamanan dan lainnya.

Meskipun pemerintah mengeklaim bahwa stok ketersediaan pangan tersedia hingga beberapa bulan ke depan, tapi kenyataannya hal ini hanya sekedar berita yang dianggap cukup melegakan hati masyarakat semata, tapi tidak signifikan dengan apa yang harusnya di dapatkan oleh masyarakat.

Karena sebenarnya stok tersebut hanya akan tersalur dan dirasakan , jika masyarakat mampu membeli dengan seberapa besar uang yang mereka miliki. Karena hakikatnya tak ada yang gratis kecuali hanya sekantong sembako ala kadarnya sebagai kompensasi suara yang diberi dalam ritual tahunan negeri ini atau pasar murah yang di gelar demi menutup topeng ketidakmampuan penguasa menyediakan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.

Semua ini berpangkal dari akibat diterapkannya sistem sekular kapitalisme dalam kehidupan saat ini. Pasalnya, pemerintah saat ini hanya menjadi regulator antara pengusaha dengan penguasa. Sehingga bebas memainkan harga meskipun hal tersebut dapat mengakibatkan hidup rakyat semakin sengsara. Inilah bukti kegagalan sistem buatan manusia, sistem sekular yang memisahkan aturan agama dari kehidupan, maka wajar saja jika penerapan sistem ini tentu tak akan memberikan kemaslahatan untuk masyarakat. Karena sudah jelas sistem batil selamanya tak kan pernah memberikan kebaikan.

Apa yang terjadi hari ini jelas jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada masa kepemimpinan Islam. Karena dalam Islam, peran negara adalah sebagai ra’in atau pelayan bagi rakyatnya. Islam pun mewajibkan negara hadir secara penuh mengurusi seluruh kemaslahatan umat. Negara akan bertindak tegas terhadap pihak-pihak yang mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Apabila terjadi suatu masalah maka akan diselesaikan secara tuntas dan segera. Islam pun memandang bahwa masalah pangan adalah hal yang perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan salah satu kebutuhan manusia yang wajib dipenuhi per individu. Selain itu, seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah jika ada rakyatnya yang kelaparan.

Rasulullah saw. bersabda, “Imam/khalifah itu laksana gembala dan hanya ialah yang bertanggung jawab terhadap hewan gembalanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Apabila semua kebutuhan pokok sudah terjamin, dan kebutuhan sekunder juga diupayakan negara semaksimal mungkin, maka suasana aman, tentram, dan damai akan tercipta. Masyarakat akan fokus beribadah di bulan Ramadhan tanpa memikirkan kesulitan beban hidup, masalah kebutuhan bahan pangan, kenaikan harga bahan pokok, dan segudang masalah hidup lainnya. Tentu saja tingkat kriminalitas akan bisa dikendalikan bahkan akan sangat minim.

Ramadhan adalah bulan yang akan menciptakan individu-individu yang bertakwa, keluarga yang bertakwa, masyarakat yang bertaqwa, dan pada akhirnya akan menjadikan negara yang bertaqwa. Tentunya, negara yang bertaqwa hanya akan ada apabila sistem Islam diterapkan secara menyeluruh dalam bingkai pemerintahan Islam.