Breaking News

Krisis Keamanan dan Pengayoman terhadap Rakyat

Spread the love

Oleh. Tari Ummu Hamzah

Muslimahtimes.com– Innalillahi wa innailaihi raji’un. Duka mendalam harus dirasakan keluarga dari korban meninggal di stadion Kanjuruhan Malang. Pertandingan bola yang katanya digadang-gadang oleh para pecinta bola sebagai pemersatu, nyatanya harus dinodai dengan aksi tembakan gas air mata oleh para aparat polisi yang diarahkan ke tribun penonton.
Akibatnya, penonton panik. Berhamburan turun dari tribun. Tapi di situlah awal mula kejadian memilukan terjadi. Saat para suporter didekat gerbang dua belas berusaha keluar, nahasnya pintu gerbang terkunci. Sedangkan gas air mata terus ditembakan oleh para aparat. Akibatnya banyak orang yang panik, saling dorong, ingin segera keluar stadion, kehilangan pandangan, sesak, hingga terinjak-injak. Peristiwa pilu ini terjadi di pintu gerbang dua belas.

Di samping itu, menurut kesaksian Riandi, salah seorang suporter Arema, banyak Aremania yang dipukul oleh petugas sehingga membuatnya sedih dan kecewa. Ditambah lagi, petugas melakukan penembakan gas air mata ke suporter. Riandi mengaku merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya. Hal ini terutama bagian tangannya yang mengalami patah tulang. (Republika.com)

Belum lagi aksi tendangan ‘kungfu’ dan pukulan tongkat lecut yang dilakukan oleh seorang aparat TNI, kepada suporter lainnya. Peristiwa ini jelas menimbulkan banyak pertanyaan. Haruskah mengatasi bendungan kerumunan massa dengan kekerasan dan tembakan? Mengapa tidak menembakkan water Canon saat kondisi massa chaos? Atau mengapa tidak menggunakan beberapa anjing polisi untuk menakut-nakuti massa, agar massa menjauh dan tertib perlahan?

Kekerasan aparat terhadap masyarakat bukan hanya terjadi kepada Aremania. Kasus-kasus kekerasan aparat terhadap masyarakat sudah sering terjadi. Tapi ada yg harus kita perhatikan dalam kasus tragedi Kanjuruhan. Sebenarnya pertandingan bola di belahan dunia itu sama. Yang membedakan hanya siapa yang punya kuasa dalam pertandingan tersebut. Apakah itu PSSI, Badan Liga, Keamanan.

Dalam kasus Kanjuruhan ditemukan kesalahan wewenang dalam menyelenggarakan pertandingan, yaitu aparat yang menembakkan gas air mata. Terlihat bahwa aparat bertindak represif. Tindakan represif ini jelas menimbulkan masalah. Alih-alih ingin menertibkan masyarakat, malah terjadi chaos dan mengakibatkan jatuhnya korban. Jelas bahwa kondisi ini terjadi secara sistematis. Tidak akan ada aksi penembakan gas air mata, tanpa ada perintah atasannya. Jadi, jelas bahwa sistem saat ini sudah banyak menimbulkan masalah besar.

Ini membuktikan bahwa bahaya yang sedang dilawan oleh masyarakat adalah masalah yang ditimbulkan oleh penguasanya sendiri.
Sungguh tidak ada pertandingan mana pun yang seharga nyawa. Sejarah akan mencatat peristiwa ini. Peristiwa perlawanan masyarakat terhadap aparat. Dimana seharusnya aparat menjadi pelindung, tapi tega menyiksa rakyat yang tidak bersalah. Sungguh ini bukti bawah negeri ini mengalami krisis keamanan dan perlindungan.

Lalu bagaimana Islam memandang tindakan represif aparat?

Rasulullah dan para sahabat, Khulafaur telah mewariskan institusi yang tegak di atas Al-Qur’an dan As-sunah. Dalam penerapannya, tercatat bahwa Khalifah mampu menjaga keamanan dalam negeri.

Adanya kriminal kadang terjadi di tengah masyarakat, tak terkecuali kondisi kericuhan ini termasuk kategori mengganggu keaman dalam negeri. Maka, ini menjadi tugas polisi (syurtoh) berada di bawah Departemen Keamanan Dalam Negeri. Syurtoh diberikan wewenang untuk menjaga stabilitas keamanan di dalam negeri dari hal-hal yang dapat merusak atau mengganggu kenyamanan masyarakat.
Sedangkan peran syurtoh sebagai aparat yang berada di dalamnya bertugas menjaga sistem, mengelola keamanan dalam negeri, dan berperan sebagai kekuatan implementatif yang dibutuhkan oleh penguasa untuk menerapkan syariat Islam. Sedangkan Khalifah memastikan peran dan wewenang penegak aparat di jalan dengan baik. Sehingga keamanan di dalam daulah berjalan secara sistematis.

Demikianlah penjelasan bagaimana Islam secara sistematis menjaga keamanan rakyat dan bahaya bagi rakyat. Tentu saja bahaya di sini ditinjau dari kacamata Islam. Bukan dari pandangan subjektivitas semata. Sudah saatnya negeri ini berbenah dari hal-hal mendasar, yaitu mengganti sistem kufur menuju sistem Islam.