Breaking News

Menjadi Purple Cow di Era Sekulerisme-kapitalisme, Kenapa tidak?

Spread the love

Oleh : Sunarti

 

#MuslimahTimes — “Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.” (TQS. Ibrahim : 42).

Hingar-bingarnya pergantian tahun baru 2020 ke tahun 2021 ini bukan dipenuhi suasana pesta kembang api atau pesta-pesta lainnya. Akan tetapi hingar-bingarnya masyarakat yang sedang bergelut dengan berbagai keadaan.

Mulai dari pandemi yang masih menyelimuti, sulitnya memenuhi kebutuhan pokok, persoalan keluarga, persoalan sosial dan huru-hara perpolitikan yang tak kunjung usai. Mulai dari naiknya harga sembako, perceraian, kejahatan berupa pembunuhan, perampokan dan sederet kriminalitas yang membuat air mata berderai.

Tidak berhenti sampai di sini, perpolitikan negeri juga kian memanas. Para aktivis dan ulama mendapatkan persekusi, pembubaran ormas-ormas Islam tak kunjung henti. Membuat banyak kepala bertanya, “Benarkah ormas Islam yang justru membuat atau menumbuhkan berbagai persoalan di negeri ini? Bukankah semua akibat dari sistem demokrasi sekuler yang meletakkan hukum manusia berada di tangannya dan memisahkan aturan Allah dari segala kehidupan?

Purple Cow, Menuju Dakwah Islam

Kali ini, gelombang kesadaran muslim akan ruh kesatuan sedikit banyak mulai tumbuh. Meski kelihatannya masih samar-samar, akan tetapi suatu saat akan menemukan titik temu yang akan benar-benar bulat, meneima Islam sebagai ideologi di tengah-tengah kehidupan.

Ideologi Islam yang saat ini masih diemban oleh jama’ah dakwah dan telah mengalami perubahan yang Luar biasa. Kiprahnya yang (terkesan) perlahan namun pasti, telah ditakuti oleh musuh-musuh Islam. Tidak mengherankan apabila banyak upaya dari antek-antek musuh Islam tersebut, berusaha menghadang hingga memberangusnya.

Dalam kondisi seperti ini, para pengemban dakwah semestinya lebih memiliki banyak teknik/uslub untuk menghadapi berbagai peristiwa yang terjadi. Mengambil berbagai macam cara yang menarik masyarakat. Meskipun sejatinya Islam sudah tidak butuh pelapis yang cantik, karena Islam sendiri telah cantik dari Sang Pemilik Alam Semesta. Insyaallah.

Menilik perjuangan Rasulullah Saw., di masa-masa awal penyebaran Islam. Rasulullah Saw., Memilih cara dakwah dengan pendekatan kepada masyarakat secara individu ke individu, dari rumah ke rumah. Dan, disambut Beliau Ummul Mukminin Ibunda Khadijah dan dilanjut penerimaan oleh para sahabat dan shahabiyah.

Perjuangan Rasulullah Saw., berlanjut hingga peristiwa hijrah ke Madinah. Sebelum peristiwa hijrah, Rasulullah Saw, mengutus Sa’ad bin Mu’adz sebagai duta dakwah di Madinah. Sa’ad bin Mu’adz dikatakan sebagai ahlul nusrah, yakni sebagai penolong agama Allah di Madinah. Dan Madinah menjadi daerah lahirnya Daulah Rasulullah Saw.

Sa’ad bin Mu’adz bisa dikatakan sebagai snizeer atau orang yang dengan sukarela (dengan hidayah dari Allah) memeluk Islam dan kemudian menyebarkan kepada kaumnya ke Madinah.

Hingga Islam diterapkan di Madinah sebagai sebuah sistem aturan hidup dan mendakwahkan ke sekitar negeri-negeri Arab, Rasulullah bersama para sahabat terus berdakwah dengan teknik-teknik Islam yang jauh dari kekerasan, jauh dari pemaksaan apalagi tipu daya.

Cara dakwah ini berbeda jauh dengan cara yang ditempuh kebanyakan orang. Kebanyakan mencari titik aman dan cara yang sudah wajar dilakukan. Seperti, masuk ke dalam sistem pemerintahan yang kufur, kemudian mendapatkan kedudukan dan harta kekayaan. Cara-cara ini bagaikan cara Brown Cow yang dituliskan oleh Seth Godin dalam bukunya The Purple Cow.

Selayaknya saat ini masyarakat harusnya melek mata dan juga melek politik, bahwasanya tidak ada harapan jika merubah keadaan dengan menempuh jalan mendukung demokrasi. Jelas-jelas setelah berada di dalamnya, tidak bisa mewarnai kondisi dan keadaan. Alih-alih mewarnai, justru akan terwarnai dengan keadaan di dalam sistem demokrasi ini.

Menjadi Purple Cow dengan berdakwah sesuai metode yang Rasulullah Saw., contohkan. Menjadi berbeda dengan kebanyakan orang yang hendak merubah keadaan. Berdakwah Islam dengan cara yang cantik, unik dan sesuai dengan apa yang Allah tetapkan. Berjalan pada koridor hukumNya, halal dan haram yang menjadi patokan.

Wallahu alam bisawwab

Ngawi, 2 Januari 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published.