Breaking News

Merindukan Surga

Spread the love

Oleh: Aya Ummu Najwa

MuslimahTimes– Setiap orang yang beriman pada Allah, Rasul-Nya, dan hari akhir pasti merindukan surga. Karena ia memahami dan meyakini bahwa kehidupan yang hakiki dan abadi hanyalah kehidupan surga. Sebanyak apapun harta yang dimilikinya dan setinggi apapun pangkat dan jabatan yang didudukinya semasa hidup di dunia ini tetap saja tidak dapat ia nikmati semuanya. Yang ia nikmati sebenarnya tidak lebih dari apa yang ia makan dan ia pakai dalam kesehariannya.

Sungguh gambaran orang yang merindukan surga itu dapat dilihat pada generasi Islam pertama; para sahabat Rasul shalallahu alaihi wasallam yang mulia dan generasi terbaik yang pernah Allah ciptakan ke atas dunia ini. Setelah masuk Islam, gaya hidup mereka benar-benar berubah dari gaya hidup yang menjadi trend dan berkembang pada masyarakat jahiliyah menjadi gaya hidup generasi yang merindukan surga. Semua pencapaian duniawi yang mereka raih baik sebelum Islam maupun setelah masuk Islam bukan lagi dianggap sebagai standar keberhasilan bagi mereka. Siapa yang tidak kenal dengan Khadijah, Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, Mush’ab bin Umair, Shuhaib Arrumi, Abdurrahman Bin Auf dan seterusnya?

Rasululllah shalallahu alaihi wasallam benar-benar berhasil mencetak mereka menjadi generasi akhirat dan pribadi-pribadi yang mencintai akhirat, meletakkan dunia ini di telapak tangan mereka dan merindukan surga melebihi dari kerinduan mereka kepada ana-anak, istri-istri, harta, kampung halaman, tempat kelahiran dan sebagainya.

Bukti rindunya mereka kepada surga, Allah memberikan kepada mereka stempel “radhiyallahu ‘anhum” (Allah telah meridhoi mereka), padahal mereka masih hidup di dunia. Tidak ada di balik keridaan Allah itu melaikan surga, seperti yang difirmankan-Nya :

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Dan orang-orang yang terdahulu (generasi pertama Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah telah meridhai mereka dan merekapun ridha kepada-Nya dan Dia (Allah) telah menyiapkan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya bermacam-macam sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Demikian itu adalah kesuksesan yang amat agung (tanpa batas).” (QS. At-Taubah [9] : 100)

Demikianlah keadaan orang yang beriman, Ia sama sekali tidak tertipu oleh betapaun gemerlapnya dunia dan sebesar apapun dunia yang datang menghampirinya. Pandangannya terfokus kepada surga. Kerinduannya yang mendalam kepada surga bersemi dalam lubuk hati dan jantungya. Di matanya, dunia dengan segala fasilitas hidup yang Allah anugerahkan kepadanya dan betapapun banyaknya, tidak lebih dari modal yang ia gunakan semuanya untuk membeli tiket ke surga. Sebab itu, ia bersegera dan berlomba-lomba meraih tiket tersebut dengan mengerahkan segala potensi yang Allah berikan padanya seperti, ilmu, harta, pemikiran, tenaga dan bahkan nyawanya. Pikiran dan perasaannya tertuju kepada sebuah kehidupan yang hakiki nan penuh kebahagiaan, yaitu kehidupan surga. Tak seditikpun waktu, ilmu, harta dan tenaga ia sia-siakan. Semuanya ia curahkan untuk mengejar kehidupan surga. Persis seperti yang Allah jelaskan dalam Al-Qur’an :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136)

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan Penciptamu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan dosa atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran [3] : 133–136)

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam telah bersabda:

3245 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَلِجُ الْجَنَّةَ صُورَتُهُمْ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَا يَبْصُقُونَ فِيهَا وَلَا يَمْتَخِطُونَ وَلَا يَتَغَوَّطُونَ آنِيَتُهُمْ فِيهَا الذَّهَبُ أَمْشَاطُهُمْ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَمَجَامِرُهُمُ الْأَلُوَّةُ (الْأُلْوَةُ) وَرَشْحُهُمُ الْمِسْكُ وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ يُرَى مُخُّ (يَرَى مُخَّ) سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنَ الْحُسْنِ لَا اخْتِلَافَ بَيْنَهُمْ وَلَا تَبَاغُضَ قُلُوبُهُمْ قَلْبٌ وَاحِدٌ (قَلْبُ رَجُلٍ وَاحِدٍ) يُسَبِّحُونَ اللهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا

Abu Huroiroh rodiyallohu anhu berkata: Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda: “Rombongan yang pertama kali masuk surga bentuk mereka seperti rembulan di malam purnama, mereka tidak berludah, tidak beringus, tidak buang air. Bejana-bejana mereka dari emas, sisir-sisir mereka dari emas dan perak, pembakar gaharu mereka dari kayu india, keringat mereka beraroma misk, dan bagi setiap mereka dua orang istri, yang Nampak sum-sum betis mereka di balik daging karena kecantikannya. Tidak ada perselisihan di antara mereka, tidak ada permusuhan, hati-hati mereka hati yang satu, mereka bertasbih kepada Alloh setiap pagi dan petang” (Hadis riwayat al-Bukhori: 3245)

وَقَالَ الْقُرْطُبِيُّ قَدْ يُقَالُ أَيُّ حَاجَةٍ لَهُمْ إِلَى الْمُشْطِ وَهُمْ مرد وَشُعُورُهُمْ لَا تَتَّسِخُ وَأَيُّ حَاجَةٍ لَهُمْ إِلَى الْبَخُورِ وَرِيحُهُمْ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ قَالَ وَيُجَابُ بِأَنَّ نَعِيمَ أَهْلِ الْجَنَّةِ مِنْ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَكِسْوَة وَطيب لَيْسَ عَنْ أَلَمِ جُوعٍ أَوْ ظَمَإٍ أَوْ عُرْيٍ أَوْ نَتْنٍ وَإِنَّمَا هِيَ لَذَّاتٌ مُتَتَالِيَةٌ وَنِعَمٌ مُتَوَالِيَةٌ وَالْحِكْمَةُ فِي ذَلِكَ أَنَّهُمْ يُنَعَّمُونَ بِنَوْعِ مَا كَانُوا يَتَنَعَّمُونَ بِهِ فِي الدُّنْيَا…

Al-Qurthubi rohimahulloh berkata: Jika ditanyakan: “mengapa sisir masih dibutuhkan, padahal mereka semua pemuda-pemuda tampan dan tambut-rambut mereka tidak kusut? Mengapa mereka masih butuh api bukhur untuk wewangian, sedangkan harumnya tubuh mereka lebih harum dari minyak misk? Bisa dijawab: “Bahwa kenikmatan-kenikmatan penghuni surga, dalam bentuk makan, minum, pakaian, minyak wangi bukan karena lapar, haus, telanjang atau bau. Tetapi semua itu adalah kelezatan yang tak terputus dan nikmat yang terus menerus. Hikmahnya bahwa mereka merasakan nikmat satu macam dari berbagai kenikmatan yang mereka rasakan di dunia… (Fathul Bari Syarh Shohihul Bukhori Li Ibnu Hajar al-Asqolani: 7/206)

Ini adalah sedikit gambaran kenikmatan- kenikmatan yang ada dalam surga. Yang bagi seorang yang beriman maka akan menjadi sesuatu yang menggiurkan, dan menggelitik hati untuk dapat menggapainya. Yang membangkitkan ghirah seorang yang beriman untuk memperjuangkannya.

Maka, jika hari ini, Islam begitu dihinakan dan dimusuhi oleh musuh-musuhnya, adalah tugas seorang Muslim untuk maju membelanya. Jika hari ini Islam begitu terpuruk ke dalam jurang kehancuran, adalah kewajiban umat Islam untuk bersatu dalam upaya menegakkannya kembali. Cemoohan orang-orang yang mencemooh, nyinyiran, hinaan, bahkan ancaman dan persekusi tak akan mengendurkan semangat dakwah sama sekali. Semua itu harusnya menjadi pelecut diri, bahwa semangat yang membara, juga tekat sekuat baja harus terus tertanam dalam diri.

Ini adalah kesempatan emas yang Allah berikan kepada generasi Islam hari ini. Allah berikan kesempatan dan peluang untuk mencapai rida Allah, untuk merindukan surga, berjuang untuk surga, dan berusaha menggapai surga, dengan menyongsong kemenangan atau mati sebagai syuhada.

Surga itu luas, surga itu nikmat, namun surga itu mahal, untuk mendapatkannya dibutuhkan kerja keras dan upaya yang serius, bukan dengan santai dan berleha-leha. Melainkan dengan tetesan keringat maupun darah, berkorban harta maupun nyawa. Maka inilah kesempatan ini tidak boleh disia-siakan, kerinduan untuk mendapatkan surga harus terus dipupuk dengan kerja nyata yaitu dengan terus istiqamah dalam mendakwahkan Islam agar dapat diterapkan dalam setiap aspek kehidupan, walaupun berat, walaupun penuh duri.

Wallahu a’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published.