Breaking News

Mewaspadai Sifat Materialistik di Tengah Gempuran Konsumerisme

Spread the love

 

Oeh. Tari Ummu Hamzah

(Pemerhati Sosial)

MuslimahTimes.com – Terkuaknya gaya hidup mewah Mario Dandy menjadi sorotan usai kasus penganiaayaan terhadap Remaja berinisial D, anak dari salah satu Pengurus GP Ansor. Publik menyoroti gaya hidup sang anak pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan. Pasalnya, Mario Dandy kerap memamerkan barang mewah seperti moge Harley-Davidson, hingga mobil mewah jeep Rubicon hitam di akun media sosialnya, yang tentu harganya tak murah. Moge Harley-Davidson milik Mario ini diduga harganya berkisar ratusan juta sampai satu miliar rupiah.

Publik dibuat geger akan kasus ini. Pasalnya bagaimana bisa pejabat eselon dua, memiliki harta kekayaan yang berkisar lebih dari 56 miliar rupiah?

Sikap konsumerisme ini patut kita waspadai. Karena akan menjadikan masyarakat disibukkan dengan hal-hal bersifat materi yang menjerumuskan masyarakat pada sikap materialistik. Segalanya harus ditakar dengan materi. Bahkan bergaul ditengah masyarakat pun harus ada validasi berupa materi, baru dianggap eksistensinya. Jika seseorang dipandang minim materi atau tidak modis dalam berpenampilan, maka eksistensinya kurang diakui.

Maka masyarakat yang minim penghasilan harus mampu mengalahkan sikap materialistiknya di tengah gempuran konsumerisme. Menahan jeritan hati yang seolah terkoyak jiwa kemiskinannya. Jika tidak mampu menahan jeritan ini, maka terpaksa mendobrak hati nuraninya untuk mengikuti hawa nafsu konsumerismenya. Memaksakan diri punya penghasilan bak sultan. Tidak lagi peduli halal dan haramnya pendapatan.

Miris! Keinginan masyarakat masa kini hanya sebatas materi dan eksistensi. Berlomba-lomba untuk mendapatkan harta demi meraih rida manusia. Menakar derajat tinggi dan rendahnya di tengah masyarakat tergantung harta pada paras wajah. Bagi yang kaya dan rupawan, mereka kaum prioritas dengan segudang keistimewaan. Sedangkan mereka yang berpenghasilan rendah dan tak semulus wajah artis Korea, hanya sebagai warga kelas dua. Dimana kebutuhan dan keinginan mereka sulit dipenuhi.

Kondisi itu tercipta karena sikap hedon yang lahir dari kapitalisme. Sikap tersebut hanya mementingkan kebahagiaan duniawi. Jadi takaran kebahagiaannya tergantung dari banyak atau sedikitnya materinya. Di sisi lain sistem kapitalisme juga melahirkan paham sekularisme, yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Menyebabkan kebebasan dalam bertingkah laku. Maka tak heran jika akidah masyarakat menjadi terkikis dan krisis akhlak. Itulah gambaran realita dalam sistem saat ini.

Kebahagiaan yang dijanjikan oleh kehidupan kapitalisme bak fatamorgana. Bahagia karena ekspektasi, hancur karena realita. Masyarakat kapitalisme berangan-angan bisa mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta. Tak peduli halal haram. Akan tetapi itulah tanda kehancuran akhlak suatu peradaban.

Tak heran jika sistem inilah yang bertanggung jawab penuh terhadap kerusakan generasi muda. Karena kerusakan yang terjadi berlangsung secara terstruktur.

Kondisi ini jelas butuh solusi secara tuntas. Karena kerusakan yang terjadi bersifat struktural, maka harus diubah dari dasar struktur itu terbentuk. Sedangkan struktur negara yang dibangun oleh negeri ini adalah sistem kufur. Maka, haruslah ada perubahan secara mendasar. Diubah dengan apa? Dengan sistem sahih yang sudah jelas patokan dan efektivitasnya, yaitu sistem Islam.

Sistem Islam telah terbukti mampu untuk menjaga umat manusia selama empat belas abad lamanya. Dalam sistem Islam, negara memberikan jaminan pemeliharaan akidah Islam. Sehingga terbentuklah pola pikir dan pola sikap dalam Islam. Sehingga akan mewujudkan syaksiyah atau kepribadian Islam. Dengan demikian masyarakat akan bertinkah laku sesuai dengan Islam. Mampu mendudukkan suatu amal sesuai dengan kaidah syarak. Sehingga patokan di tengah masyarakat itu jelas, yaitu Islam. Islam sebagai standar hidup yang harus dipegang oleh umat. Bukan materi atau fisik yang menjadi dasar diterimanya seseorang di tengah masyarakat, tetapi ukhuwah islamiahlah yang mengikat masyarakat.