Breaking News

Thulasendrapurampun Turut Berbahagia

Spread the love

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

(Institut Literasi dan Peradaban)

MuslimahTimes.com – Nama Thulasendrapuram naik daun, sebuah desa kecil di Tamil Nadu, India. Apa sebab? Di desa inilah Kamal Harris kecil pernah tinggal. Maka ketika perempuan pertama berkulit hitam dan merupakan keturunan Asia-Amerika yang diproyeksikan menjadi pemenang Pemilu AS 2020 benar-benar menang dan menduduki jabatan sebagai wakil presiden AS, desa ini bersukaria.

Perayaan besar digelar sebagai bentuk kebanggaan “putri” daerah mereka bisa duduk di kursi wakil presiden, mendampingi orang nomor satu AS. Desa tersebut menyebut Harris sebagai ‘kebanggaan desa kami’.

Alasannya karena Thulasendrapuram adalah desa nenek moyang Harris dari garis keturunan ibunya, Shyamala Gopalan Harris (suara.com, 11/11/2020).

Sungguh kebahagiaan yang polos bahkan naif. Tanpa melihat menjadi pemimpin seperti apa Harris. Dalam pidato perdananya Harris menyoroti pekerjaan perempuan kulit hitam secara khusus yang telah dimasukkan ke dalam demokrasi bangsa AS. Para pemilih kulit hitam, terutama wanita kulit hitam yang telah banyak membantu mendorong kemenangan Joe Biden di pemilihan pendahuluan dan menuju kemenangan ke Gedung Putih.

“Wanita yang berjuang dan berkorban begitu banyak untuk kesetaraan dan kebebasan dan keadilan untuk semua,” katanya, “termasuk wanita kulit hitam yang sering, terlalu sering diabaikan, tetapi begitu sering membuktikan bahwa mereka adalah tulang punggung demokrasi kita.”

Harris secara tersirat menyebutkan kemenangannya merupakan penghormatan kepada hak pilih abad ke-20 yang bekerja untuk mendapatkan wanita hak memilih juga tentang gerakan yang memungkinkan wanita untuk memilih dalam pemilihan bersejarah ini (cerdikindonesia.pikiran-rakyat.com, 8/11/2020).

Artinya Harris akan tampil sebagai pejuang Egaliter atau persamaan hak bagi perempuan sama seperti para politisi perempuan di dunia, terlebih dengan membawa sentimen keturunan kulit hitam, yang memang dalam hierarki demokrasi adalah ras rendah tak seperti ras kulit putih atau merah.

Joe Biden dari Partai Demokrat yang menang telak 290 suara elektoral dari petahana Donald Trump yang memiliki 214 suara elektoral jelas akan semakin membuka jalan atas cita-citanya. Artinya lagi, sejalan sepenanggungan tak akan ada perubahan berarti terkait langkah AS ke depan. Sebab sebagai negara kampiun kapitalisme AS tak akan begitu saja membuang metode kebijakan pemerintahannya setelah sekian lama menjadi penguasa dunia.

AS tampil sebagai negara superior meskipun sebetulnya keropos dari dalam. Hutang terbanyak di dunia, di masa Donald Trump saja mencapai US$ 21 miliar atau hampir setara dengan Rp 300 ribu triliun pada tahun 2018. Dari total utang negara-negara di dunia yang mencapai US$ 63 triliun, kurang lebih 31 persennya merupakan utang AS.

Ditinjau dari rasionya, rasio utang AS terhadap PDB-nya sebesar 107,7 persen. Hal ini menunjukkan jumlah utang AS lebih besar dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonominya. Satu fakta yang mengindikasikan ekonomi AS sebenarnya keropos. Mereka terlihat kuat di luar, tapi sebenarnya lemah dari dalam.

Biden atau Harris bukanlah harapan baru bagi umat Islam ataupun nasib perempuan di dunia. Obama, Trump, atau Biden hanyalah pion dalam menjalankan kebijakan politik luar negeri AS yang bersandar pada ideologi kapitalisme mereka.

Maka, jika bersandar kepada Joe Bidden ataupun Kamala Harris adalah sama dengan menepuk udara. Selangkah pun tak akan ada perbaikan nasib. Yang ada adalah fakta AS adalah biang kerusakan berbagai negeri di dunia ini, terlebih permusuhannya dengan kaum Muslim hingga AS merasa perlu menetapkan perang melawan terorisme sebagai salah satu kebijakan luar negerinya.

Harapan perubahan jelas hanya pada sistem Islam. Mengharapkan AS sebagai juru selamat bagi umat adalah ilusi. Apa yang sudah dilakukan AS untuk menyuarakan anti diskriminasi, pemenuhan hak-hak perempuan dan persekusi terhadap kaum muslim?

Adakah AS membela dan memperjuangkan hak muslim Rohingya, Uyghur, muslim India, Suriah, Afghanistan, dan negeri muslim lainnya?. Sejauh ini, justru keterlibatan AS terhadap konflik suatu negeri memperkeruh suasana. Sok membela, padahal yang dilakukannya hanyalah untuk menjaga kepentingan nasional AS di wilayah tersebut.

Maka kaum Muslim tak boleh terlena, suara kaum Muslim hanya berlaku saat pemilu, sesudahnya akan dihilangkan dengan berbagai cara. Problematik yang menimpa kaum muslim adalah masalah umat Islam. Di mana masalahnya? Yakni saat umat tak memiliki visi misi yang sama dalam membangun kembali peradaban Islam. Ketika pemikiran dan perasaan umat belum dipersatukan oleh kekuatan politik Islam.

Harapan baru itu ada pada Islam dan Khilafah. Hanya Khilafah yang mampu menandingi kekuatan AS sebagai negara adidaya. Hanya Khilafah pula yang akan mempersatukan kekuatan kaum muslim dunia. Dan hanya Khilafah yang mampu membebaskan negeri muslim dari penjajahan AS dan sekutunya.

Penegakan Khilafah adalah agenda masa depan bagi umat Islam. Di bawah payung kapitalisme, kondisi dunia Islam terpuruk dan terjajah. Di bawah naungan Khilafah, umat Islam mampu berdiri tegak dan tampil sebagai negara adidaya yang mandiri tanpa harus menghamba pengharapan dan belas kasih dari Barat.

Wallahu a’lam bish showab.

Leave a Reply

Your email address will not be published.